Minggu, 19 Desember 2010

untukmu

sudah berapa kali akmencoba tuk pahami mu??? cinta.......... lebih dari ini ak ingn mbwtmu bahagia ak lebih tw tentang bahasa cit,tapi ak tak mengerti bahasa hatimu kwtw ak ingin memilikimu lebih................ lebih dari ini,,,,, ak inginkanmu memenangkan hatiku ak menuggu disini menggengam hatimu....... memelukmu dalam anganku

Sabtu, 18 Desember 2010

macam macam grosir

• Home • Posts RSS • Comments RSS MANAJEMEN 2010 RinggaArie'Blog Manajemen 2010 ,Manajemen 2011, Skripsi manajemen,Skripsi Akuntansi Universitas Bhayangkara Surabaya Ringga Facebook Ringga Arie Create Your Badge salam buat anak MI Alhidayah,SMP NEGERI 2 SURABAYA, SMA NEGERI 4 SURABAYA X D , SEPAROH , SERDADU, Anak Ubhara Manajemen E angkatan 2008 place sale hubungi penulis butuh tempat untuk promosi 1 gambar ( slide ) = 50.000 info Penulis mencari kerja di wilayah surabaya Magang Guru Bantu atau Pegawai Bank Dijamin Bertanggung Jawab No.Telp.085645111553 / 03191593837 Sahabat adalah memberi tanpa ada maksud di belakangnya, bukan hanya menerima. Sahabat tidak pernah membungkus racun dengan permen manis. Persahabatan tidak diukur oleh berapa lamanya waktu, tetapi berapa besar arti ‘persahabatan’ itu sendiri. isi blog Dapatkan Informasi Lengkap Skripsi Manajemen Terbaru , Skripsi Akuntansi Terbarudan Skripsi Tarbiyah / Agama Islam dan Tugas Ekonomi Terlengkap ingat sop Terima kasih Jayalah Pertemanan Jauhi Permusuhan Karena Musuh adalah Setan Yang tertanam dalam dirinya yang merasakan • http://www.stafaband.info/ Tranlate This Blog Translate this page from Indonesian to the following language! Widget edited by Anang Talking In My Blog View shoutbox ShoutMix chat widget slide Followers Pengunjung Free Web Counter visitor Menampilkan entri terbaru untuk kueri MACAM MACAM PENGECER BERDASARKAN MANAJEMEN PEMASARAN. Tampilkan entri lawas Menampilkan entri terbaru untuk kueri MACAM MACAM PENGECER BERDASARKAN MANAJEMEN PEMASARAN. Tampilkan entri lawas Jumat, 12 November 2010 Retailing dan Wholesaling TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha dan Pedagang Eceran Dalam rangkaian kegiatan ekonomi, peran dan kedudukan pedagang eceran sangatlah penting. Ia merupakan penghubung antara produsen sebagai pihak yang menghasilkan produk dengan pemakai akhir. Untuk lebih jelasnya beberapa ahli memberikan definisi tentang usaha eceran dan pedagang eceran. Retail adalah penjualan dari sejumlah kecil komoditas kepada konsumen. Retail berasal dari bahasa Perancis yaitu " Retailer" yang berarti " Memotong menjadi kecil kecil" (Risch, 1991 ). Sedangkan menurut Gilbert (2003) Retail adalah Semua usaha bisnis yang secara langsung mengarahkan kemampuan pemasarannya untuk memuaskan konsumen akhir berdasarkan organisasi penjualan barang dan jasa sebagai inti dari distribusi. Dalam kamus Bahasa Inggris - Indonesia, Retail bisa juga di artikan sebagai "Eceran" Pengertian Retailing adalah semua aktivitas yang mengikut sertakan pemasaran barang dan jasa secara langsung kepada pelanggan Pengertian Retailer adalah semua organisasi bisnis yang memperoleh lebuh dari setengah hasil penjualannya dari retailing ( lucas, bush dan Gresham, 1994) Philip Kotler (1993:334) mengatakan bahwa: Usaha eceran adalah meliputi seluruh aktivitas yang melibatkan barang dan jasa yang langsung pada konsumen yang olehnya digunakan untuk kepentingan pribadi dan non bisnis. Sedangkan pengecer adalah setiap organisasi atau lembaga usaha atau bisnis yang volume penjualannya terutama bersumber dari usaha eceran. Berry Berman dan Gary Evans (1989:3) memberikan definisi: Retailing as those business activities taht involve the sale good and service to ultimate (final) consumer for personal, family or household use. It’s use the final stage in channel distribution. William J. Stanton (1987:316) mengatakan bahwa: Retailing includes all activities direcly related to the sale of good and service to the ultimate (final) consumer for personal, non business use. Sedangkan pedagang eceran: retailer is a business enterprise whos primary function is to sell to ultimate consumer for non business. Definisi-definisi diatas pada intinya mengemukakan bahwa: Bisnis eceran merupakan jembatan antara produsen atau pihak saluran distribusi lainnya dengan konsumen akhir. Usaha eceran merupakan usaha menjual langsung pada konsumen, yang olehnya digunakan untuk keperluan pribadi dan bukan untuk usaha. Pengecer adalah orang atau lembaga yang menjual barang atau jasa langsung pada konsumen akhir, kedudukannya sebagai mata rantai yang paling dekat dengan konsumen. 2.2. Tipe dan Orientasi Pedagang Eceran 2.2.1 Tipe pedagang eceran Untuk mempermudah penggolongan usaha eceran William J. Stanton (1987,321) membuat 4 (empat) klasifikasi, klasifikasi tersebut berdasarkan: 1. Berdasarkan volume penjualan 2. Berdasarkan jajaran produk yang dikelola 3. Berdasarkan kepemilikan 4. Metode operasi 1. Berdasarkan Volume Penjualan Volume penjualan merupakan salah satu dasar dalam mengelompokan pedagang eceran, karena bedanya ukuran akan memberikan pengaruh terhadap permasalahan manajemen yang berbeda. Misalnya dalam hal pembelian, promosi, dan pengeluaran biaya. Dengan klasifikasi ini pedagang eceran dibagi menjadi dua yaitu: pedagang eceran dengan skala besar (large scale retailer) dan pedagang eceran dengan skala kecil (small scale retailer). Klasifikasi Retail Menurut Pintel dan Diamond (1971), Retail dapat di klasifikasikan dalam banyak cara, sebagai contoh Retail dapat di kelompokkan sesuai dengan aktivitas penjualan barang berdasarkan sbb : - Retail Kecil Bisnis Retail kecil di gambarkan sebagai retailer yang berpenghasilan di bawah $500 pertahun. Pemilik retail pada umumnya bertanggung jawab penuh terhadap seluruh penjualan dan manajemen. Biasanya kebanyakan pemilik toko pada bisnis retail kecil ini dimiliki oleh secara individu (Individual Proprietorship) - Retail Besar Pada saat ini industri Retail di kuasai oleh organisasi besar, organisasi tersebut meliputi : Departemen Store - Chain organization (organisasi berantai), Supermarket, Catalog Store, Warehouse, Outlet dan Online Store (Toko Online ) 2. Berdasarkan Jajaran Produk Yang Dikelola Berdasarkan jajaran produk yang dikelola dapat digolongkan menjadi: General merchandise store dan limited line store. General merchandise store adalah pedagang eceran yang menjual berbagai macam produk contoh: departemen store. Sedangkan limited line store adalah pedagang eceran yang menjual barang-barang tertentu (speciality store) contoh: toko sepatu, toko meubel, toko roti. 3. Berdasarkan Bentuk Kepemilikan Berdasarkan bentuk kepemilikan umumnya pedegang eceran dapat digolongkan menjadi: 1. Coorporate Chain Store Coorporate Chain Store adalah organisasi yang terdiri dari dua atau lebih toko eceran yang dimiliki dan dikelola secara sentral. 2. Independent Retailer Independent Retail adalah pedagang eceran yang berdiri sendiri dimiliki dan dikelola pemilik tidak tergantung pada organisasi atau toko lainnya. 3. Rantai Sukarela dan Asosiasi Pengecer Rantai Sukarela dan Asosiasi Pengecer adalah timbulnya persaingan dari coorporate chain store membawa pengecer independent membentuk asosiasi yang dapat berupa rantai sukarela (kelompok yang diseponsori oleh produsen / whoresaler) atau asosiasi retail independent (gabungan berupa retail independent). 4. Franchising Franchising adalah usaha eceran yang terbentuk dari perjanjian kontrak antara franchiser sebagi pemilik hak paten merk dengan franchise, dengan cara franchise membeli hak untuk menjual barang dan jasa atas nama franchiser. 4. Berdasarkan Metode Operasi Berdasarkan metode operasinya pedagang eceran dapat di klasifikasikan menjadi 4 tipe yaitu: a. Full Service Retailing Full service retailing adalah bentuk pedagang eceran yang sudah umum, yang memberikan pelayanan sepenuhnya. Bentuk ini khususnya diperlikan untuk barang-barang yang memerlukan banyak penjelasan atau perlu dicocokan dulu sebelum dibeli. Misalnya: barang elektronik, pakaian di butik. b. Supermarket Retailing Supermarket retailing adalah bentuk pedagang eceran skala besar yang menyediakan berbagai jenis barang yang dikelompokan menurut jenis produk masing-masing, memberikan kebebasan dan melayani sendiri bagi langganannya c. Discount Retailing Discount retailing adalah toko eceran skala besar yang menawarkan produknya dengan harga yang lebih murah atau memberikan potongan harga yang cukup besar, tetapi dengan pelayanan yang lebih sedikit, pengambilan keuntungan dari jenis ini kecil, mereka mengharapkan tingkat turn over yang tinggi. d. Non Store Retailing Non store retailing adalah pedagang eceran yang menawarkan produknya langsung kepada konsumen tanpa mempergunakan toko, bentuknya antara lain: 1. House selling or door to door selling, penjualan dengan menawarkan produknya langsung kerumah konsumen, umumnya dengan cara mendatangi dari pintu ke pintu. Ada juga dengan cara menyelenggarakan sales presentation dalam suatu pertemuan. 2. Mail Order selling, penjualan dengan menggunakan katalog atau daftar barang-barang yang ditawarkan dan pemesanan dilakukan dengan menggunakan syarat pemesanan. 3. Automatic Vending adalah cara penjualan dengan menggunakan mesin yang secara otomatis akan melayani pembeli. Utami, Christina Whidya (2006), Manajemen Ritel, Jakarta: Salemba Empat pp10-17 2.2.2. Orientasi Pedagang Eceran Barry Berman dan Gary Evans (1989,19) mengatakan bahwa orientasi dari pedagang eceran adalah: 1. Orientasi Terhadap Konsumen Pengecer harus menentukan sifat-sifat dan keinginan para konsumen pada umumnya konsumen menginginkan dapat membeli barang atau jasa yang terbaik dengan uang yang mereka miliki dan mereka dapat berbelanja disatu tempat, sehingga mengurangi jumlah perjalanan yang harus mereka lakukan. Perilaku konsumen memang terus berubah pengecer yang tahu produk yang ingin dibeli, dimana mereka ingin membeli, berapa harga yang akan mereka bayarkan dan bagaimana mempromosikan penjualan agaknya akan menjadi pengecer yang berhasil dalam usaha eceran. 2. Usaha Koordinasi Pengecer yang paling berhasil adalah meeka yang dapat mengkoordinasikan perencanaan dan menyusun aktivitas secara menyeluruh untuk mencapai efisiensi yang maksimum. 3. Orientasi Terhadap Tujuan Pengecer dapat menetapkan satu atau lebih tujuan yang ingin diraih, tujuan itu meliputi: Tujuan pada Penjualan Tujuan Pencapaian Keuntungan Tujuan Terhadap Pemuasan Publik Tujuan Penciptaan Citra Perusahaan 2.2.3. Fungsi Retail Menyimak dari pengertian Retailing ,adalah bisnis yang menjual produk dan jasa pada konsumen untuk kebutuhan pribadi atau keluarga. Retail juga merupakan bisnis terakhir dalam jalur distribusi yang menghubungkan manufactur dengan konsumen. Manufaktur membuat produk dan menjualkannya pada retailer atau semua pedagang. Pedagang membeli produk dari menufaktur dan menjual kembali produk tersebut untuk para pengecer (rertailer). Saat pengecer menjual produknya lagi kepada konsumen, pedagang dan pengecer menampilkan kesamaan fungsi dalam memenuhi kebutuhan dan memuaskan konsumen akhir. Melalui Jalur Distribusi: Manufaktur→ Pedagang → Pengecer→ Konsumen. Pengecer mengatasi aktivitas bisnis dengan menampilkan fungsi yang meningkatkan nilai dari produk dan jasa yang dijualnya pada konsumen, yang memiliki beberapa fungsi yaitu: 1. menyediakan pilihan Produk dan Jasa. 2. Menjaga persediaan. 3. Menyediakan jasa Keterangan, sebagai berikut: 1. Menyediakan pemilihan Produk dan Jasa. Manufaktur secara khusus memproduksi tipe tertentu dari sebuah produk. Contoh: Cambell membuat soup, Kraft membuat produk sehari-hari, Kell agg membuat perusahaan sereal dan sebagainya. Jika tiap manufaktur ini mempunyai tokonya masing-masing yang hanya menjual produk mereka saja, maka akan menyulitkan konsumen dari segi pemikiran akan kebutuhan produk lain. Maka dengan adanya pengecer, kita bisa pergi ke berbagai macam toko apapun yang banyak pilihannya. 2. Menjaga Persediaan. Bagian fungsi dari pengecer adalah untuk menjaga persediaan sehingga produk selalu tersedia ketika konsumen menginginkannya. Konsumen dapat menyimpan lebih sedikit persediaan produk dirumah, karena mereka tahu bahwa retail mempunyai produk yang tersedia ketika mereka menginginkan lebih. 3. Menyediakan Jasa. Pengecer menyediakan jasa yang dapat memudahkan bagi pelanggan untuk membeli dan menggunakan produk itu. Mereka menyediakan bentuk kredit bagi konsumen, jadi konsumen dapat memiliki produknya kapan saja dan bisa membayarnya kemudian. Lalu mereka pun memajang produknya, jadi konsumen dapat melihat serta mencobanya sebelum melakukan transaksi pembelian. 2.3. Pengertian Bauran Eceran Dalam melakukan aktivitas penjualan pengecer memerlukan strategi yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan konsumen. Dimana strategi pemasaran di cerminkan sebagai suatu program yang dikenal dengan istilah bauran eceran (retailing mix). Barry Berman dan Gary J. Evans (1989:92) memberikan definisi bahwa bauran eceran adalah: this mix is a firm particular combination of these factors: store location, operating procedures, good/service offered, pricing tactics, store atmosphere, customer service, and promotion methods. Dari definisi diatas dapat diketahui komponen-komponen bauran eceran yaitu lokasi toko, prosedur operasi, penyediaan barang, penetapan harga, suasana dan atribut fisik, pelayanan dan promosi. 2.3.1. Lokasi lokasi merupakan salah satu faktor yang penting bagi pedagang eceran karena ketika suatu lokasi telah dipilih maka keadaan disekitar lokasi mempunyai pengaruh yang kuat dalam penetapan semua strategi pedagang eceran. Sedemikian pentingnya lokasi terhadap pedagang eceran Philip Kotler berpendapat “ retailers are accustomed to saying that three key to success are “location, location, location”. Untuk itu melihat penting lokasi bagi pelanggan eceran Barry Berman (2001,264) menentukan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan suatu lokasi: a. Jumlah dan Karakteristik Penduduk b. Tingkat Persaingan c. Akses Transformasi d. Tersedianya tempat parkir e. Lingkungan disekitar toko f. Tersedianya tenaga kerja dan gedung g. Peraturan yang berlaku Melihat tingkat kepentingan suatu lokasi maka pedagang eceran harus melakukan analisa perdagangan untuk mengetahui area geografis lingkungan dimana akan menarik konsumen dan menguntungkan. Philip Kotler juga mengemukakan bahwa pedagang eceran dapat menilai efektifitas penjualan suatu toko dengan melihat 4 indikator yaitu: a. Jumlah orang yang melewati toko setiap hari b. Presentase yang masuk toko c. Presentase yang masuk toko dan membeli d. Nilai rata-rata yang dibelanjakan tiap penjualan 2.3.2. Prosedur Operasi Prosedur operasi perusahaan meliputi segala aspek yang menyangkut pengelolaan atas kelancaran kegiatan usaha dimana terdiri dari: Organisasi personalia, dimana kegiatannya menitikberatkan pada urusan rumah tangga perusahaan. Ruang lingkupnya mencangkup struktu organisasi, fungsi kerja,kebijakan, tanggung jawab serta wewenang. Penanganan operasi, meliputi seluruh aktivitas operasi usaha dilapangan, diantaranya adalah: Alokasi ruang, ukuran dan bentuk toko Pemberdayaan petugas Pemeliharaan toko Pengelolaan persediaan Pelaksanaan keamanan Penanganan krisis menajenem 2.3.3. Penyediaan Barang Pengembangan dan implikasi dari penyediaan barang merupakan salah satu aspek yang mendukung bauran eceran yang dilakukan pedagang eceran. Untuk menjadi sukses, pedagang eceran harus memiliki kepedulian terhadap ketersediaan barang dan pelayanan ketika timbul permintaan barang dan dalam menjualnya. Definisi menurut Barry Berman (2001:432) mengenai penyediaan barang: Merchandising consists of activities involved in acquiring particular goods and/or service and making them available at the place, times, and pricing and in the quantity that will enable a retailer to reach its goal. Artinya : kemampuan pedagang eceran dalam menyediakan barang atau jasa dan menempatkannya pada tempat, waktu dan harga yang tepat akan membantu pedagang eceran dalam mencapai tujuannya. 1. Menetapkan Organisasi Pembelian Pedagang eceran dapat menentukan dan memilih organisasi pembelian yang diinginkan dan sesuai dengan kebutuhan pedagang eceran. Bentuk dari organisasi pembelian dapat berupa:  Organisasi pembelian formal, bentuk organisasi ini ada apabila pembelian barang dipandang sebagi tugas retail yang jelas dan dibentuknya departemen yang terpisah dengan departemen lain, sehingga hampir semua fungsi mencari dan menyadiakan dagangan berada dalam tanggung jawab departemen ini.  Organisasi pembelian informal, pada organisasi ini pembelian tidak dipandang sebagai tugas retail yang jelas, sehingga tidak dibentuk departemen yang khusus menangani masalah pembelian ini. Personil yang sama menangani penyediaan barang dan funsi retail yang jelas lainnya, sehingga tanggung jawab dan keputusan tidak terlalu jelas. Organisasi informal umumnya diterapkan pada pedagang eceran kecil. Pada pedagang eceran berskala besar organisasi pembelian tersebut dapat dijalankan secara sentralisasi atau desentralisasi. Pada organisasi pembelian yang tersentralisasi semua keputusan pembelian di putuskan oleh satu kantor. Dimana jika pedagang eceran mempunyai delapan toko maka keputusan pembelian ditentukan oleh kantor pusat. Sedangkan pada organisasi pembelian desentralisasi keputusan pembelian ditentukan oleh masing-masing daerah. 2. Perencanaan Penyediaan Barang Dagangan Dalam merencanakan penyediaan barang dagangan, pedagang eceran perlu memperhatikan aspek-aspek: Barang apa yang akan ditampilkan (what). Pedagang eceran perlu memperhatikan barang-barang yang akan ditampilkan dengan membagi berbagai kategori sesuai dengan sifat barangnya. Barang yang tahan lama dan barang yang tidak tahan lama tentu penangannya yang berbeda Kapan barang harus disiapkan (when). Pedagang eceran harus menentukan waktu barang yang akan disiapkan dengan tepat dengan mengunakan perkiraan kebutuhan konsumen. Penentuan waktu dengan tepat ini sangat penting karena barang melalui berbagai tahap mulai dari tahap pemesanan, pengangkutan, dan penyimpanan sampai pada akhirnya dipajang di rak. Dimana barang akan ditampilkan (where). Cara penempatan yang tepat dan baik akan memberikan pengaruh terhadap keputusan pembelian oleh konsumen. Berapa banyak barang yang akan ditampilkan (how much). Pedagang eceran harus mampu melihat kebutuhan dan kemampuannya dalam menyediakan beberapa lini produk yang akan ditampilkan dan pilihan-pilihan bagi konsumen yang ditawarkan dalam satu lini. 3. Mengumpulkan Informasi Tentang Permintaan Konsumen Dengan memperhatikan data penjualan pada masa lalu maka pedagang eceran dituntut untuk mengetahui dan memperkirakan trend yang ada pada konsumen, dengan begitu pedagang eceran dapat menentukan barang yang akan dipesan untuk memenuhi permintaan konsumen. 4. Menentukan Sumber Barang Dagangan Pengecer dapat mempertimbangkan beberapa hal untuk menentukan sumber barang dagangan diantaranya: kualitas, dan harga barang, kemampuan supplier, waktu dan pengiriman pemesanan, serta resiko. 5. Penilaian Terhadap Barang Dagangan Penilaian ini dapat dilakukan dengan cara: - Teknik inspeksi: barang diperiksa sebelum dan sesudah pembelian - Teknik pengambilan, contoh: teknik ini digunakan apabila barang yang dibeli dalan jumlah yang banyak - Teknik deskripsi: pengecer menetapkan standarisasi barang 6. Menegosiasikan Barang yang akan dibeli Negosiasi dilakukan oleh pengecer dengan penyalur atau produsen untuk mendapatkan kesepakatan, sehingga didapatkan keputusan yang menguntungkan kedua belah pihak. 7. Menetapkan Prosedur Memasukan Barang Dagangan Setelah kesepakatan dicapai oleh kedua belah pihak maka langkah selanjutnya adalah memasukan data-data yang berhubungan dengan barang, ini dilakukan supaya tercitanya terti administrasi dan kerapihan kerja. 8. Penanganan Barang Dagangan Penanganan barang dagangan dimulai ketika pedagang eceran menerima barang dari penyalur. Kemudian pedagan eceran menetapkan harga, menentukan persediaan yang wajar menurut ukuran yang ekonomis, menyusun barang tersebut didalam toko dan memasarkan barang tersebut. Selain itu pedagang eceran harus menangani pengembalian barang dari konsumen yang merasa barng yang dibeli tidak sesuai dengan kualitas yang diharapkan. 9. Pemesanan Kembali Pedagang eceran melakukan pemesanan kembali ketika jumlah persediaan barang dianggap sudah tidak sesuailagi dengan kebutuhan dan permintaan konsumen. 10. Menilai kembali proses yang telah dilakukan Semua proses pembelian barang tersebut kemudian dievaluasi kembali untuk emgetahui efektivitas proses yang dilakukan dan menelaah kesalahan yang terjadi untuk kemudian dilakukan perbaikan-perbaikan, sehingga tidak terjadi lagi kesalahan serupa pada proses pembelian selanjutnya. Pedagang eceran yang yang memahami keinginan konsumen tuntu akan menyediakan dan menjaga baik kualitas maupun kuantitas barang yang dijual dengan tujuan untuk memberikan kepuasan konsumen terhadap pedagang eceran. 2.3.4 Penetapan harga Variabel harga merupakan variabel pemasaran yang mendatangkan pendapatan dibandingkan dengan variabel-variabel yang lainnya. Harga juga identik dengan kualitas produk dengan pelayanan yang ditawarkan. Ada 4 faktor yang memepengaruhi penetapan harga, yang berasal dari: a. Konsumen, berhubungan dengan permintaan konsumen b. Pemerintah melalui kebijakan dan peraturan yang dikeluarkan c. Pedagang besar, perusahaan penghasil barang dan supplier d. Pesaing 2.3.5 Suasana dan atribut Pedagang eceran yang mengerti dan memahami perilaku dan keinginan konsumen harus memahami suasana hati konsumen ketik mengunjungi toko. Konsumen pada umumnya menginginkan toko yang bersih, aman, dan menarik dilihat. Agar konsumen merasa senang berkunjung pengecer harus senantiasa mengusahakan suasana yang menyenangkan bagi para pengunjung. Suasana tersebut dapat diciptakan melalui: a. Exterior Exterior atau store front meliputi keseluruhan bangunan fisik dapat dinilai dari luar bangunan seperti: pintu masuk, bentuk bengunan, dan jendela-jandela. b. Interior Penciptaan kenyamanan berbelanja mutlak dilakukan oleh pengecer agar konsumen dapat lebih lama dalam berbelanja sehingga tendesi untuk menghabiskan uang lebih besar dari yang direncanakan. Suasana seperti itu dapat diwujudkan melalui pengatur suhu udara, warna dinding dan lantai, pencahayaan, musik, dan perlengkapan toko. c. Tata ruang toko Dalam tata ruang toko pengecer dapat menciptakan ruang (space) yaitu: - Selling space atau gang, daerah yang disediakan disamping rak barang sebagai tempat belanja konsumen atau interaksi antara konsumen dan tenaga penjual. - Merchandise space wilayah dimana barang yang tidak ditempatkan disimpan sebagai stok barang atau persediaan. - Costumer space ruang-ruang yang dimanfaatkan oleh konsumen seperti: ruang ganti lahan parkir. d. Display Penyusunan barang-barang melalui rak-rak yang disediakan dengan memperlihatkan, kelompok barang, jumlah barang, jenis barang. 2.3.6. Pelayanan Pelayanan adalah seluruh aktivitas yang dilakukan oleh pengecer ketika penjualan barang atau jasa berlangsung yang dapat diidentifikasikan tetapi bersifat intangible. Dalam pelaksanaan pelayanan ini digolongkan menjadi dua yaitu: - Pelayanan utama adalah pelayanan pelayanan yang berhubungan langsung dengan proses belanja konsumen misalnya: pelayanan pembungkusan, pelayanan pembayaran kredit. - Pelayanan tambahan adalah pelayanan yang diberikan oleh pengecer untuk memperlancar proses belanja misalnya: pelayanan parkir, toilet, mushola dan pelayanan lainnya yang menunjang terhadap kegiatan usaha eceran. 2.3.7. Promosi Promosi diartikan sebagai semua kegiatan komunikasi yang dilakuakan oleh pengecer, berupa informasi yang diberikan dengan cara persuasi. Funsinya untuk meningkatkan pada target pasar mengenai segala aspek pada pengecer. Promosi penjualan sering diperlukan untuk menarik minat agar konsumen malakukan pembelian ditempat yang kita kelola, bentuknya dapat berupa pemberian potongan harga, voucher dan sebagainya. 2.4. Kepuasan Konsumen Kepuasan konsumen merupakan fungsi dari dekatnya antara harapan pembeli tentang suatu produk dengan produk itu sendiri. Untuk masa sekarang pengecer tidak hanya menjual barang apa adanya. Ia akan menambah variabel-variabel tertentu tujuannya untuk menarik minat pembeli. Memenuhi keinginan konsumen yang menjadikan kepuasan konsumen terpenuhi merupakan hal yang perlu diperhatikan oelh pedagang eceran agar mendapatkan konsumen yang loyal. Berdasarkan definisi diatas maka dapat dirumuskan tentang kepuasan konsumen dimana: S = F ( E, P ) Dimana S = kepuasan/satisfaction E = harapan/expectation P = prestasi/perceived Untuk dapat memenangkan persaingan malalui pencapaian kepuasan konsumen, perusahaan perlu mengukur tingkat kepuasan konsumen yang dapat diukur dengan satu model-model kognitif. Model kognitif ini membandingkan antara kumpulan kombinasi atribut yang dipandang ideal untuk individu dan persepsinya tentang kombinasi dari atribut yang sebenarnya. Dengan kata lain, penilaian ini didasarkan selisih antara yang ideal dengan aktual, apabila yang ideal sama dengan yang sebenarnya maka pelanggan mengalami rasa puas setelah pembelian. Dan sebaliknya apabila perbedaan antara yang ideal semakin besar maka konsumen akan mengalami rasa tidak puas. Kepuasan atau ketidakpuasan konsumen akan mempengaruhi tindakan konsumen selanjutnya. Jika konsumen merasa puas maka ia akan memperlihatkan keinginan yang lebih tinggi untuk membeli produk lagi dan konsumen yang puas juga akan cenderung mengatakan hal-hal yang baik tentang produk yang bersangkutan kepada orang lain. Sedangkan untuk konsumen yang tidak puas akan berusaha mengurangi rasa yang tidak puasnya dengan mengambil satu atau dua tindakan misalnya: mereka akan meninggalkan atau mengembalikan produk tersebut, atau mereka mencari informasi yang mungkin mengkonfirmasikan produk lain yang bernilai tinggi. WHOLESALING Wholesaling adalah segala kegiatan menjual produk dalam kuantitas besar kepada pembeli non-konsumen akhir untuk tujuan dijual kembali atau untuk pemakaian bisnis. Perusahaan yang melakukan kegiatan wholesaling ini disebut wholesaler (distributor, jobber). Meskipun demikian produsen yang melakukan kegiatan wholesaling tidak dapat disebut wholesaler. Akan tetapi jika branch warehouse didirikan di lokasi-lokasi terpisah, maka dapat diklasifikasikan sebagai wholesaler. Dewasa ini pedagang grosir (wholesaler) masih penting keberadaannya bagi produsen karena alasan-alasan berikut: 1. Para produsen kecil yang sumber keuangannya terbatas tidak mampu mengembangkan organisasi penjualan langsung. 2. Produsen yang cukup mampu pun lebih suka menggunakan modalnya untuk memperluas produksi daripada melakukan kegiatan penjualan partai besar. 3. Operasi pedagang grosir lebih efisien karena skala operasi mereka, luasnya hubungan mereka dengan pelanggannya dan keahlian khusus mereka 4. Pengecer yang menjual banyak lini produk lebih suka membeli bermacam-macam produk melalui pedagang grosir daripada melalui produsennya langsung. Umumnya produsen menggunakan pedagang grosir jika mereka efisien dalam menjalankan fungsi-fungsi berikut: 1. Selling and Promoting Pedagang grosir menyediakan wiraniaga bagi produsen untuk mencapai dan melayani pelanggan dengan biaya rendah. 2. Buying and Assortment Building Pedagang grosir mampu memilih dan menentukan keanekaragaman item produk yang dibutuhkan pelanggan. 3. Bulk Breaking Pedagang grosir membeli produk dari produsen dalam partai besar dan kemudian memecahnya dalam unit-unit yang lebih kecil. 4. Warehousing Pedagang grosir menyimpan persediaan sehingga mengurangi biaya persediaan dan risiko pemasok serta pelanggan. 5. Transportation Pedagang grosir dapat menyalurkan barang lebih cepat daripada produsen karena mereka lebih dekat dengan pelanggan. 6. Financing Pedagang grosir membantu keuangan pelanggan dan pemasok dengan menjual secara kredit, memesan barang lebih awal, dan membayar tepat waktu. 7. Risk Bearing Pedagang grosir menanggung risiko-risiko seperti kecurian, kerusakan, kadaluarsa, dan kerugian lainnya yang berkaitan dengan kepemilikan barang. 8. Market Information Pedagang grosir menyajikan informasi bagi pemasok dan pelanggannya tentang aktivitas pesaing, produk baru, perkembangan harga, dan sebagainya. 9. Management Service and Counseling Pedagang grosir juga sering membantu para pengecer, misalnya melatih para wiraniaganya, menata layout dan etalase toko, dan membuat sistem akuntansi serta pengawasan persediaan. Di samping itu, pedagang grosir juga membantu pelanggan industrinya dengan memberikan pelatihan dan jasa-jasa teknis. Berbeda dengan pengecer, pedagang grosir umumnya tidak terlibat aktif dalam promosi produk atau memikirkan lokasi outlet dan asesori outlet untuk memikat pembeli. Pedagang grosir juga biasanya mempunyai daerah operasi yang lebih luas dan transaksi barang yang lebih besar. Selain itu dari segi regulasi dan pajak, pemerintah juga membedakan pedagang grosir dan pengecer. Secara garis besar, pedagang grosir dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu merchant wholesaler, broker dan agent, serta kantor pusat dan kantor cabang produsen. 1. Merchant Wholesaler Merchant wholesaler adalah perusahaan independen yang mempunyai hak kepemilikan atas barang dagangan yang mereka jual (mereka membelinya terlebih dahulu) dan melakukan hampir semua fungsi wholesaling. Mereka ini juga kadang kala disebut distributor, jobber, atau mill supply house. Sebagian besar perusahaan yang terjun dalam bisnis wholesaling tergolong dalam merchant wholesaler. Berdasarkan jumlah fungsi wholesaling yang dilakukan, merchant wholesaler ini dapat diklasifikasikan lebih lanjut menjadi: a. Full-service wholesaler, yaitu merchant wholesaler yang memberikan jasa penyimpanan, memiliki armada penjual, menjual secara kredit, rnengirimkan barang, dan bantuan manajemen. Ada dua jenis full-service wholesaler, yaitu: Merchant wholesaler yang • memberikan full rangemenjual terutama kepada para pengecer dan service. Merchant wholesaler ini pun dapat dipecah lagi menjadi 1. General Marchandise Service wholesaler yang membawa banyak variasi barang-barang tahan lama seperti hardware, barang elektronik, furniture, obat-obatan, kosmetik, dan alat-alat automobile. 2. Single – line Service wholesaler yang membawa jenis barang yang lebih terbatas dibandingkan general merchandise wholesaler. 3. Speciality Service wholesaler yang membawa produk yang sangat terbatas dan menawarkan lebih banyak informasi & jasa dibandingkan service wholesaler lainnya. Limeted – function wholesaler memberikan beberapa fungsi wholesaler. Cash and carry wholesaler beroperasi seperti service wholesaler – kecuali harus membayar tunai. Drop – shipper memiliki produk yang mereka jual tapi mereka sebenarnya tidak menangani, menyediakan, dan mengirimkannya. Wholesaler ini terutama terlibat dalam penjualan. Truck wholesaler mengkhususkan pada pengiriman produk yang mereka stok di truk mereka sendiri. Rock jobber mengkhususkan pada hard to handle produk yang tidak mau ditangani Retailer dan rock jobber biasanya memamerkan barangnya di rak besi. Catalogue wholesaler menjual catalog yang didistribusikan kepada konsumen industri yang lebih kecil atau kepada Retailer. Pelanggan memesan di website melalui e-mail, fax atua telepon. 2. Broker dan Agen Broker dan agen adalah perantara yang hanya berfungsi memudahkan transaksi antara penjual dan pembeli, karena itu barang yang dijual bukanlah milik mereka. Biasanya mereka juga berspesialisasi pada produk dan pelanggan tertentu. a. Broker, yaitu perantara yang fungsi utamanya adalah mempertemukan penjual dan pembeli serta membantu kelancaran proses negosiasi. Untuk pekerjaan itu mereka mendapat komisi dari pihak yang menyewanya. Berkaitan dengan pekerjaan ini maka yang dijual broker adalah informasi tentang apa yang dibutuhkan pembeli dan pemasok-pemasok mana yang menyediakan barang yang dibutuhkan tersebut. Broker banyak dimanfaatkan jasanya oleh produsen produk - produk musiman (seperti sayuran dan buah-buahan) dan industri real estate. b. Agen, yaitu perantara yang mewakili penjual atau pembeli dalam transaksi dan dalam hal ini hubungan kerja dengan kliennya bersifat lebih permanen daripada broker. Ada beberapa macam agent, yaitu: •Manufacturer's agent (manufacturer’s representatives), yaitu perantara yang bekerja untuk beberapa produsen dan menangani produk yang tidak saling bersaing (dapat juga yang bersifat komplementer) di suatu wilayah berdasarkan perjanjian tertentu. Manufacturer’s agent ini biasanya dipakai secara ekstensif untuk menjual beberapa jenis produk konsumsi dan industri, misalnya otomotif, sepatu, komputer, permata, dan lain-lain. Umumnya mereka digunakan jika perusahaan tidak mampu membiayai armada penjual sendiri, perusahaan ingin memperkenalkan produk baru, atau ingin memasuki pasar baru. Selling agent, yaitu • seluruh produk suatuperantara yang diberi wewenang untuk menjual perusahaan. Wewenang tersebut juga mencakup tanggung jawab atas seluruh fungsi pemasaran dari produsen. Selling agent banyak dijumpai pada perusahaan-perusahaan kecil dalam industri tekstil, makanan, pakaian, dan perabotan rumah tangga. Buying agent, yaitu perantara yang • pengawasan, penggudangan, danmelakukan pembelian, penerimaan, pengiriman barang bagi pelanggannya. Commission agent, yaitu • produsen kepada mereka,perantara yang menangani barang yang dikirim menjualnya, dan menyerahkan uang hasil penjualannya (minus komisi dan biaya-biaya tertentu) kepada produsen. Mereka umumnya banyak digunakan untuk memasarkan produk -produk pertanian. Auction • penjual dancompanies, yaitu perusahaan yang menyediakan tempat bagi pembeli untuk bertemu dan melakukan transaksi, serta menyediakan fasilitas fisik untuk memajang produk penjual. 3. Kantor Pusat dan Kantor Cabang Ritel/Produsen Berbeda dengan merchant wholesaler, broker dan agent, kantor cabang produsen sepenuhnya dimiliki oleh produsen. Produsen akan melaksanakan fungsi-fungsi wholesaling bila tidak ada perantara yang melaksanakan aktivitas-aktivitas wholesaling, jumlah pelanggan sangat sedikit dan terkonsentrasi secara geografis, bila pesanan berjumlah besar dan membutuhkan perhatian tersendiri. a. Kantor pusat dan kantor cabang penjualan. Produsen sering membuka pusat dan kantor cabang penjualan sendiri supaya bisa lebih mengawasi persediaan, penjualan, dan promosi. b. Kantor pembelian. Banyak pengecer yang membuka kantor pembelian di pasar-pasar utama, yang fungsinya sama seperti agen dan broker (namun merupakan bagian dari organisasi pembeli). Diposkan oleh Ringga arie suryadi 0 komentar Reaksi: Senin, 08 November 2010 Tugas Bu Erma Manajemen Pemasaran TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha dan Pedagang Eceran Dalam rangkaian kegiatan ekonomi, peran dan kedudukan pedagang eceran sangatlah penting. Ia merupakan penghubung antara produsen sebagai pihak yang menghasilkan produk dengan pemakai akhir. Untuk lebih jelasnya beberapa ahli memberikan definisi tentang usaha eceran dan pedagang eceran. Philip Kotler (1993:334) mengatakan bahwa: Usaha eceran adalah meliputi seluruh aktivitas yang melibatkan barang dan jasa yang langsung pada konsumen yang olehnya digunakan untuk kepentingan pribadi dan non bisnis. Sedangkan pengecer adalah setiap organisasi atau lembaga usaha atau bisnis yang volume penjualannya terutama bersumber dari usaha eceran. Berry Berman dan Gary Evans (1989:3) memberikan definisi: Retailing as those business activities taht involve the sale good and service to ultimate (final) consumer for personal, family or household use. It’s use the final stage in channel distribution. William J. Stanton (1987:316) mengatakan bahwa: Retailing includes all activities direcly related to the sale of good and service to the ultimate (final) consumer for personal, non business use. Sedangkan pedagang eceran: retailer is a business enterprise whos primary function is to sell to ultimate consumer for non business. Definisi-definisi diatas pada intinya mengemukakan bahwa: Bisnis eceran merupakan jembatan antara produsen atau pihak saluran distribusi lainnya dengan konsumen akhir. Usaha eceran merupakan usaha menjual langsung pada konsumen, yang olehnya digunakan untuk keperluan pribadi dan bukan untuk usaha. Pengecer adalah orang atau lembaga yang menjual barang atau jasa langsung pada konsumen akhir, kedudukannya sebagai mata rantai yang paling dekat dengan konsumen. 2.2. Tipe dan Orientasi Pedagang Eceran 2.2.1 Tipe pedagang eceran Untuk mempermudah penggolongan usaha eceran William J. Stanton (1987,321) membuat 4 (empat) klasifikasi, klasifikasi tersebut berdasarkan: 1. Berdasarkan volume penjualan 2. Berdasarkan jajaran produk yang dikelola 3. Berdasarkan kepemilikan 4. Metode operasi 1. Berdasarkan Volume Penjualan Volume penjualan merupakan salah satu dasar dalam mengelompokan pedagang eceran, karena bedanya ukuran akan memberikan pengaruh terhadap permasalahan manajemen yang berbeda. Misalnya dalam hal pembelian, promosi, dan pengeluaran biaya. Dengan klasifikasi ini pedagang eceran dibagi menjadi dua yaitu: pedagang eceran dengan skala besar (large scale retailer) dan pedagang eceran dengan skala kecil (small scale retailer). 2. Berdasarkan Jajaran Produk Yang Dikelola Berdasarkan jajaran produk yang dikelola dapat digolongkan menjadi: General merchandise store dan limited line store. General merchandise store adalah pedagang eceran yang menjual berbagai macam produk contoh: departemen store. Sedangkan limited line store adalah pedagang eceran yang menjual barang-barang tertentu (speciality store) contoh: toko sepatu, toko meubel, toko roti. 3. Berdasarkan Bentuk Kepemilikan Berdasarkan bentuk kepemilikan umumnya pedegang eceran dapat digolongkan menjadi: 1. Coorporate Chain Store Coorporate Chain Store adalah organisasi yang terdiri dari dua atau lebih toko eceran yang dimiliki dan dikelola secara sentral. 2. Independent Retailer Independent Retail adalah pedagang eceran yang berdiri sendiri dimiliki dan dikelola pemilik tidak tergantung pada organisasi atau toko lainnya. 3. Rantai Sukarela dan Asosiasi Pengecer Rantai Sukarela dan Asosiasi Pengecer adalah timbulnya persaingan dari coorporate chain store membawa pengecer independent membentuk asosiasi yang dapat berupa rantai sukarela (kelompok yang diseponsori oleh produsen / whoresaler) atau asosiasi retail independent (gabungan berupa retail independent). 4. Franchising Franchising adalah usaha eceran yang terbentuk dari perjanjian kontrak antara franchiser sebagi pemilik hak paten merk dengan franchise, dengan cara franchise membeli hak untuk menjual barang dan jasa atas nama franchiser. 4. Berdasarkan Metode Operasi Berdasarkan metode operasinya pedagang eceran dapat di klasifikasikan menjadi 4 tipe yaitu: a. Full Service Retailing Full service retailing adalah bentuk pedagang eceran yang sudah umum, yang memberikan pelayanan sepenuhnya. Bentuk ini khususnya diperlikan untuk barang-barang yang memerlukan banyak penjelasan atau perlu dicocokan dulu sebelum dibeli. Misalnya: barang elektronik, pakaian di butik. b. Supermarket Retailing Supermarket retailing adalah bentuk pedagang eceran skala besar yang menyediakan berbagai jenis barang yang dikelompokan menurut jenis produk masing-masing, memberikan kebebasan dan melayani sendiri bagi langganannya c. Discount Retailing Discount retailing adalah toko eceran skala besar yang menawarkan produknya dengan harga yang lebih murah atau memberikan potongan harga yang cukup besar, tetapi dengan pelayanan yang lebih sedikit, pengambilan keuntungan dari jenis ini kecil, mereka mengharapkan tingkat turn over yang tinggi. d. Non Store Retailing Non store retailing adalah pedagang eceran yang menawarkan produknya langsung kepada konsumen tanpa mempergunakan toko, bentuknya antara lain: 1. House selling or door to door selling, penjualan dengan menawarkan produknya langsung kerumah konsumen, umumnya dengan cara mendatangi dari pintu ke pintu. Ada juga dengan cara menyelenggarakan sales presentation dalam suatu pertemuan. 2. Mail Order selling, penjualan dengan menggunakan katalog atau daftar barang-barang yang ditawarkan dan pemesanan dilakukan dengan menggunakan syarat pemesanan. 3. Automatic Vending adalah cara penjualan dengan menggunakan mesin yang secara otomatis akan melayani pembeli. 2.2.2. Orientasi Pedagang Eceran Barry Berman dan Gary Evans (1989,19) mengatakan bahwa orientasi dari pedagang eceran adalah: 1. Orientasi Terhadap Konsumen Pengecer harus menentukan sifat-sifat dan keinginan para konsumen pada umumnya konsumen menginginkan dapat membeli barang atau jasa yang terbaik dengan uang yang mereka miliki dan mereka dapat berbelanja disatu tempat, sehingga mengurangi jumlah perjalanan yang harus mereka lakukan. Perilaku konsumen memang terus berubah pengecer yang tahu produk yang ingin dibeli, dimana mereka ingin membeli, berapa harga yang akan mereka bayarkan dan bagaimana mempromosikan penjualan agaknya akan menjadi pengecer yang berhasil dalam usaha eceran. 2. Usaha Koordinasi Pengecer yang paling berhasil adalah meeka yang dapat mengkoordinasikan perencanaan dan menyusun aktivitas secara menyeluruh untuk mencapai efisiensi yang maksimum. 3. Orientasi Terhadap Tujuan Pengecer dapat menetapkan satu atau lebih tujuan yang ingin diraih, tujuan itu meliputi: Tujuan pada Penjualan Tujuan Pencapaian Keuntungan Tujuan Terhadap Pemuasan Publik Tujuan Penciptaan Citra Perusahaan 2.3. Pengertian Bauran Eceran Dalam melakukan aktivitas penjualan pengecer memerlukan strategi yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan konsumen. Dimana strategi pemasaran di cerminkan sebagai suatu program yang dikenal dengan istilah bauran eceran (retailing mix). Barry Berman dan Gary J. Evans (1989:92) memberikan definisi bahwa bauran eceran adalah: this mix is a firm particular combination of these factors: store location, operating procedures, good/service offered, pricing tactics, store atmosphere, customer service, and promotion methods. Dari definisi diatas dapat diketahui komponen-komponen bauran eceran yaitu lokasi toko, prosedur operasi, penyediaan barang, penetapan harga, suasana dan atribut fisik, pelayanan dan promosi. 2.3.1. Lokasi lokasi merupakan salah satu faktor yang penting bagi pedagang eceran karena ketika suatu lokasi telah dipilih maka keadaan disekitar lokasi mempunyai pengaruh yang kuat dalam penetapan semua strategi pedagang eceran. Sedemikian pentingnya lokasi terhadap pedagang eceran Philip Kotler berpendapat “ retailers are accustomed to saying that three key to success are “location, location, location”. Untuk itu melihat penting lokasi bagi pelanggan eceran Barry Berman (2001,264) menentukan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan suatu lokasi: a. Jumlah dan Karakteristik Penduduk b. Tingkat Persaingan c. Akses Transformasi d. Tersedianya tempat parkir e. Lingkungan disekitar toko f. Tersedianya tenaga kerja dan gedung g. Peraturan yang berlaku Melihat tingkat kepentingan suatu lokasi maka pedagang eceran harus melakukan analisa perdagangan untuk mengetahui area geografis lingkungan dimana akan menarik konsumen dan menguntungkan. Philipnb Kotler juga mengemukakan bahwa pedagang eceran dapat menilai efektifitas penjualan suatu toko dengan melihat 4 indikator yaitu: a. Jumlah orang yang melewati toko setiap hari b. Presentase yang masuk toko c. Presentase yang masuk toko dan membeli d. Nilai rata-rata yang dibelanjakan tiap penjualan 2.3.2. Prosedur Operasi Prosedur operasi perusahaan meliputi segala aspek yang menyangkut pengelolaan atas kelancaran kegiatan usaha dimana terdiri dari: Organisasi personalia, dimana kegiatannya menitikberatkan pada urusan rumah tangga perusahaan. Ruang lingkupnya mencangkup struktu organisasi, fungsi kerja,kebijakan, tanggung jawab serta wewenang. Penanganan operasi, meliputi seluruh aktivitas operasi usaha dilapangan, diantaranya adalah: Alokasi ruang, ukuran dan bentuk toko Pemberdayaan petugas Pemeliharaan toko Pengelolaan persediaan Pelaksanaan keamanan Penanganan krisis menajenem 2.3.3. Penyediaan Barang Pengembangan dan implikasi dari penyediaan barang merupakan salah satu aspek yang mendukung bauran eceran yang dilakukan pedagang eceran. Untuk menjadi sukses, pedagang eceran harus memiliki kepedulian terhadap ketersediaan barang dan pelayanan ketika timbul permintaan barang dan dalam menjualnya. Definisi menurut Barry Berman (2001:432) mengenai penyediaan barang: Merchandising consists of activities involved in acquiring particular goods and/or service and making them available at the place, times, and pricing and in the quantity that will enable a retailer to reach its goal. Artinya : kemampuan pedagang eceran dalam menyediakan barang atau jasa dan menempatkannya pada tempat, waktu dan harga yang tepat akan membantu pedagang eceran dalam mencapai tujuannya. 1. Menetapkan Organisasi Pembelian Pedagang eceran dapat menentukan dan memilih organisasi pembelian yang diinginkan dan sesuai dengan kebutuhan pedagang eceran. Bentuk dari organisasi pembelian dapat berupa:  Organisasi pembelian formal, bentuk organisasi ini ada apabila pembelian barang dipandang sebagi tugas retail yang jelas dan dibentuknya departemen yang terpisah dengan departemen lain, sehingga hampir semua fungsi mencari dan menyadiakan dagangan berada dalam tanggung jawab departemen ini.  Organisasi pembelian informal, pada organisasi ini pembelian tidak dipandang sebagai tugas retail yang jelas, sehingga tidak dibentuk departemen yang khusus menangani masalah pembelian ini. Personil yang sama menangani penyediaan barang dan funsi retail yang jelas lainnya, sehingga tanggung jawab dan keputusan tidak terlalu jelas. Organisasi informal umumnya diterapkan pada pedagang eceran kecil. Pada pedagang eceran berskala besar organisasi pembelian tersebut dapat dijalankan secara sentralisasi atau desentralisasi. Pada organisasi pembelian yang tersentralisasi semua keputusan pembelian di putuskan oleh satu kantor. Dimana jika pedagang eceran mempunyai delapan toko maka keputusan pembelian ditentukan oleh kantor pusat. Sedangkan pada organisasi pembelian desentralisasi keputusan pembelian ditentukan oleh masing-masing daerah. 2. Perencanaan Penyediaan Barang Dagangan Dalam merencanakan penyediaan barang dagangan, pedagang eceran perlu memperhatikan aspek-aspek: Barang apa yang akan ditampilkan (what). Pedagang eceran perlu memperhatikan barang-barang yang akan ditampilkan dengan membagi berbagai kategori sesuai dengan sifat barangnya. Barang yang tahan lama dan barang yang tidak tahan lama tentu penangannya yang berbeda Kapan barang harus disiapkan (when). Pedagang eceran harus menentukan waktu barang yang akan disiapkan dengan tepat dengan mengunakan perkiraan kebutuhan konsumen. Penentuan waktu dengan tepat ini sangat penting karena barang melalui berbagai tahap mulai dari tahap pemesanan, pengangkutan, dan penyimpanan sampai pada akhirnya dipajang di rak. Dimana barang akan ditampilkan (where). Cara penempatan yang tepat dan baik akan memberikan pengaruh terhadap keputusan pembelian oleh konsumen. Berapa banyak barang yang akan ditampilkan (how much). Pedagang eceran harus mampu melihat kebutuhan dan kemampuannya dalam menyediakan beberapa lini produk yang akan ditampilkan dan pilihan-pilihan bagi konsumen yang ditawarkan dalam satu lini. 3. Mengumpulkan Informasi Tentang Permintaan Konsumen Dengan memperhatikan data penjualan pada masa lalu maka pedagang eceran dituntut untuk mengetahui dan memperkirakan trend yang ada pada konsumen, dengan begitu pedagang eceran dapat menentukan barang yang akan dipesan untuk memenuhi permintaan konsumen. 4. Menentukan Sumber Barang Dagangan Pengecer dapat mempertimbangkan beberapa hal untuk menentukan sumber barang dagangan diantaranya: kualitas, dan harga barang, kemampuan supplier, waktu dan pengiriman pemesanan, serta resiko. 5. Penilaian Terhadap Barang Dagangan Penilaian ini dapat dilakukan dengan cara: - Teknik inspeksi: barang diperiksa sebelum dan sesudah pembelian - Teknik pengambilan, contoh: teknik ini digunakan apabila barang yang dibeli dalan jumlah yang banyak - Teknik deskripsi: pengecer menetapkan standarisasi barang 6. Menegosiasikan Barang yang akan dibeli Negosiasi dilakukan oleh pengecer dengan penyalur atau produsen untuk mendapatkan kesepakatan, sehingga didapatkan keputusan yang menguntungkan kedua belah pihak. 7. Menetapkan Prosedur Memasukan Barang Dagangan Setelah kesepakatan dicapai oleh kedua belah pihak maka langkah selanjutnya adalah memasukan data-data yang berhubungan dengan barang, ini dilakukan supaya tercitanya terti administrasi dan kerapihan kerja. 8. Penanganan Barang Dagangan Penanganan barang dagangan dimulai ketika pedagang eceran menerima barang dari penyalur. Kemudian pedagan eceran menetapkan harga, menentukan persediaan yang wajar menurut ukuran yang ekonomis, menyusun barang tersebut didalam toko dan memasarkan barang tersebut. Selain itu pedagang eceran harus menangani pengembalian barang dari konsumen yang merasa barng yang dibeli tidak sesuai dengan kualitas yang diharapkan. 9. Pemesanan Kembali Pedagang eceran melakukan pemesanan kembali ketika jumlah persediaan barang dianggap sudah tidak sesuailagi dengan kebutuhan dan permintaan konsumen. 10. Menilai kembali proses yang telah dilakukan Semua proses pembelian barang tersebut kemudian dievaluasi kembali untuk emgetahui efektivitas proses yang dilakukan dan menelaah kesalahan yang terjadi untuk kemudian dilakukan perbaikan-perbaikan, sehingga tidak terjadi lagi kesalahan serupa pada proses pembelian selanjutnya. Pedagang eceran yang yang memahami keinginan konsumen tuntu akan menyediakan dan menjaga baik kualitas maupun kuantitas barang yang dijual dengan tujuan untuk memberikan kepuasan konsumen terhadap pedagang eceran. 2.3.4 Penetapan harga Variabel harga merupakan variabel pemasaran yang mendatangkan pendapatan dibandingkan dengan variabel-variabel yang lainnya. Harga juga identik dengan kualitas produk dengan pelayanan yang ditawarkan. Ada 4 faktor yang memepengaruhi penetapan harga, yang berasal dari: a. Konsumen, berhubungan dengan permintaan konsumen b. Pemerintah melalui kebijakan dan peraturan yang dikeluarkan c. Pedagang besar, perusahaan penghasil barang dan supplier d. Pesaing 2.3.5 Suasana dan atribut Pedagang eceran yang mengerti dan memahami perilaku dan keinginan konsumen harus memahami suasana hati konsumen ketik mengunjungi toko. Konsumen pada umumnya menginginkan toko yang bersih, aman, dan menarik dilihat. Agar konsumen merasa senang berkunjung pengecer harus senantiasa mengusahakan suasana yang menyenangkan bagi para pengunjung. Suasana tersebut dapat diciptakan melalui: a. Exterior Exterior atau store front meliputi keseluruhan bangunan fisik dapat dinilai dari luar bangunan seperti: pintu masuk, bentuk bengunan, dan jendela-jandela. b. Interior Penciptaan kenyamanan berbelanja mutlak dilakukan oleh pengecer agar konsumen dapat lebih lama dalam berbelanja sehingga tendesi untuk menghabiskan uang lebih besar dari yang direncanakan. Suasana seperti itu dapat diwujudkan melalui pengatur suhu udara, warna dinding dan lantai, pencahayaan, musik, dan perlengkapan toko. c. Tata ruang toko Dalam tata ruang toko pengecer dapat menciptakan ruang (space) yaitu: - Selling space atau gang, daerah yang disediakan disamping rak barang sebagai tempat belanja konsumen atau interaksi antara konsumen dan tenaga penjual. - Merchandise space wilayah dimana barang yang tidak ditempatkan disimpan sebagai stok barang atau persediaan. - Costumer space ruang-ruang yang dimanfaatkan oleh konsumen seperti: ruang ganti lahan parkir. d. Display Penyusunan barang-barang melalui rak-rak yang disediakan dengan memperlihatkan, kelompok barang, jumlah barang, jenis barang. 2.3.6. Pelayanan Pelayanan adalah seluruh aktivitas yang dilakukan oleh pengecer ketika penjualan barang atau jasa berlangsung yang dapat diidentifikasikan tetapi bersifat intangible. Dalam pelaksanaan pelayanan ini digolongkan menjadi dua yaitu: - Pelayanan utama adalah pelayanan pelayanan yang berhubungan langsung dengan proses belanja konsumen misalnya: pelayanan pembungkusan, pelayanan pembayaran kredit. - Pelayanan tambahan adalah pelayanan yang diberikan oleh pengecer untuk memperlancar proses belanja misalnya: pelayanan parkir, toilet, mushola dan pelayanan lainnya yang menunjang terhadap kegiatan usaha eceran. 2.3.7. Promosi Promosi diartikan sebagai semua kegiatan komunikasi yang dilakuakan oleh pengecer, berupa informasi yang diberikan dengan cara persuasi. Funsinya untuk meningkatkan pada target pasar mengenai segala aspek pada pengecer. Promosi penjualan sering diperlukan untuk menarik minat agar konsumen malakukan pembelian ditempat yang kita kelola, bentuknya dapat berupa pemberian potongan harga, voucher dan sebagainya. 2.4. Kepuasan Konsumen Kepuasan konsumen merupakan fungsi dari dekatnya antara harapan pembeli tentang suatu produk dengan produk itu sendiri. Untuk masa sekarang pengecer tidak hanya menjual barang apa adanya. Ia akan menambah variabel-variabel tertentu tujuannya untuk menarik minat pembeli. Memenuhi keinginan konsumen yang menjadikan kepuasan konsumen terpenuhi merupakan hal yang perlu diperhatikan oelh pedagang eceran agar mendapatkan konsumen yang loyal. Berdasarkan definisi diatas maka dapat dirumuskan tentang kepuasan konsumen dimana: S = F ( E, P ) Dimana S = kepuasan/satisfaction E = harapan/expectation P = prestasi/perceived Untuk dapat memenangkan persaingan malalui pencapaian kepuasan konsumen, perusahaan perlu mengukur tingkat kepuasan konsumen yang dapat diukur dengan satu model-model kognitif. Model kognitif ini membandingkan antara kumpulan kombinasi atribut yang dipandang ideal untuk individu dan persepsinya tentang kombinasi dari atribut yang sebenarnya. Dengan kata lain, penilaian ini didasarkan selisih antara yang ideal dengan aktual, apabila yang ideal sama dengan yang sebenarnya maka pelanggan mengalami rasa puas setelah pembelian. Dan sebaliknya apabila perbedaan antara yang ideal semakin besar maka konsumen akan mengalami rasa tidak puas. Kepuasan atau ketidakpuasan konsumen akan mempengaruhi tindakan konsumen selanjutnya. Jika konsumen merasa puas maka ia akan memperlihatkan keinginan yang lebih tinggi untuk membeli produk lagi dan konsumen yang puas juga akan cenderung mengatakan hal-hal yang baik tentang produk yang bersangkutan kepada orang lain. Sedangkan untuk konsumen yang tidak puas akan berusaha mengurangi rasa yang tidak puasnya dengan mengambil satu atau dua tindakan misalnya: mereka akan meninggalkan atau mengembalikan produk tersebut, atau mereka mencari informasi yang mungkin mengkonfirmasikan produk lain yang bernilai tinggi. ABSTRAK Pedagang eceran (retail) merupakan mata rantai terakhir dalam suatu saluran pemasaran. Pedagang eceran (retail) memegang peranan penting dalam melakukan penjualan suatu produk, serta dalam memberikan pelayanan kepada konumennya. PD. Iman Textile sebagai pedagang eceran menjual produk-produk bahan jadi yang diperoleh dari produsen dengan mendapatkan peran untuk memasarkan dan mendistribusikan produk tersebut kepada konsumen akhir. Hal yang menjadi kelebihan pedagang eceran (Retailing mix) yang memang diinginkan oleh konsumen serta, yaitu: merencanakan pengadaan produk (merchandising), meningkatkan fasilitas yang produktif (facility), menetapkan keputusan mengenai harga yang cukup terjangkau bagi konsumennya (price), strategi promosi yang tepat (promotion), penempatan lokasi yang strategis (location), memberikan pelayanan konsumen dengan cepat (customer services) serta memberikan pelayanan jasa yang dengan baik (personnel). Unsur-unsur tersebut dianggap begitu penting bagi konsumen, hal ini dapat terlihat dimana konsumen menginginkan pedagang eceran dapat memenuhi kebutuhan dan memberikan pelayanan yang baik serta memberikan kepuasan bagi konsumen, sedangkan pengecer menginginkan agar konsumen merasa puas terhadap kinerja bauran pemasaran yang dilakukan oleh pedagang eceran. Kinerja bauran pemasaran dan tingkat kepuasan konsumen merupakan fokus dari penelitian ini Penelitian ini dilakukan oleh PD. Iman Textile dengan mengambil sejumlah 30 orang responden sebagai sampel. Maksud penelitian ini adalah untuk mengumpulkan, mengolah, menganalisis dan mengiterprestasikan data secara menyeluruh antara kinerja bauran pemasaran dan tingkat kepuasan konsumen, sedang tujuanya adalah untuk mengetahui dan mempelajari hubungan atau pengaruh antara kinerja bauran pemasaran terhadap tingkat kepuasan konsumen pada PD. Iman Textile. Untuk mengetahui sejauhmana hubungan atau pengaruh kinerja bauran pemasaran dengan tingkat kepuasan konsumen, maka dilakukan uji statistik dengan menggunakan korelasi rank spearman dan diperoleh nilai sebesar 0,823 yang menunjukan bahwa terdapat hubungan yang sangat kuat, jadi terdapat hubungan atau pengaruh yang sangat kuat antara kinerja bauran pemasaran dengan tingkat kepuasan konsumen, sedangkan hasil analisis koefisien determinasi (Kd) sebesar 67,73% yang menunjukan bahwa 67,73% tingkat kepuasan konsumen dipengaruhi oleh pelaksanaan dari kinerja bauran pemasaran pedagang eceran (retail) dan sisanya sebesar 32,27% dipengaruhi oleh faktor lainnya yang tidak diteliti oleh penulis. Berdasarkan uji hipotesis thitung ≥ ttabel yaitu 71.415 ≥ 1.313 yang berarti bahwa kinerja bauran pemasaran mempunyai korelasi positif terhadap tingkat kepuasan konsumen. Sehubungan dengan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, hipotesis yang semula diajukan yaitu ”Kinerja Bauran Pemasaran Berpengaruh Positif Terhadap Tingkat Kepuasan Konsumen” dapat diterima artinya teori yang dijadikan acuan dalam kerangka pemikiran masih relevan • Kata ritel berasal dari bahasa Perancis, ritellier, yang berarti memotong atau memecah sesuatu. Retail atau eceran (retailing) dapat dipahami sebagai semua kegiatan yang terlibat dalam penjualan barang atau jasa secara langsung kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan bukan penggunaan bisnis. Sering kali orang-orang beranggapan bahwa ritel hanya menjual produk-produk di toko. Tetapi retail (ritel) juga melibatkan pelayanan jasa layanan antar (delivery services) ke rumah-rumah. Tidak semua ritel dilakukan ditoko. Kegiatan yang dilakukan dalam bisnis retail (ritel) adalah menjual berbagai produk, jasa atau keduanya, kepada konsumen untuk keperluan konsumsi pribadi maupun bersama. Produsen menjual produk-produknya kepada peretail maupun peritel besar (wholesaler). Peritel besar ini juga kerap disebut sebagai grosir atau pedagang partai besar. Trend Industri Ritel Industri retail (ritel) berubah dengan cepat. Perubahan-perubahan itu dapat dilihat dari 1). Perbedaan yang mendasar dan terus berkembang dalam format ritel. 2). meningkatnya konsentrasi industri. 3). Globalisasi dan 4). Penggunaan berbagai cara untuk berinteraksi dengan konsumen. Saat ini konsumen dapat membeli barang yang sama dari sejumlah retail (ritel) yang berbeda. Masing-masing format ritel menargetkan pangsa pasar yang berbeda dan yang semakin meningkat. Tiap jenis retail (ritel) menawarkan manfaat yang berbeda, sehingga para konsumen bisa berlangganan pada retail (ritel) yang berbeda untuk pembelian dan kebutuhan yang berbeda. Pada awalnya retail (ritel) adalah bisnis lokal. Saat ini, konsep ritel yang berhasil disebuah negara telah berkembang secara global. Mengapa beberapa konsep ritel dapat berkembang secara global dan sementara beberapa tidak bisa berkembang? biasanya tergantung pada apa yang • dinamakan keunggulan bersaing (competitive advantage) di negara tersebut. Saya akan sebutkan beberapa faktor yang mendorong globalisasi yang dilakukan para peritel internasional: a. Pasar Domestik yang semakin Jenuh Di Amerika Serikat, banyak peritel gagal karena banyaknya para pelaku pasar yang memiliki kesamaan produk yang dijual. Hal ini mendorong peritel tersebut melakukan ekspansi ke luar negeri. b. Sistem dan Keahlian Saat ini peritel memiliki kemampuan mengatur toko-toko yang ada di luar negeri dengan lebih baik karena kemampuan mereka dalam mengelola sistem informasi dan distribusi yang lebih mudah ditransfer dari negara asalnya. c. Hilangnya batasan perdagangan Kebijakan perdagangan internasional yang menghapus berbagai hambatan dalam perdagangan seperti WTO atau NAFTA. STRATEGI MANAJEMEN RITEL (RETAIL)? Strategi retail (ritel) menekankan untuk memanfaatkan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan. Strategi ritel (retail) meliputi penentuan target pasar, sifat barang dan jasa yang ditawarkan,dan bagaimana ritel memperoleh keuntungan jangkan panjang dari para pesaingnya. Bagian kebutuhan strategi dalam strategi retail (ritel) antara lain strategi pasar, strategi keuangan, strategi lokasi, struktur organisasi dan sumber daya manusia. Aspek pemasaran dalam ritel meliputi: 1. Definisi strategi pemasaran retail (ritel) 2. Pemahaman terhadap target pasar bila dikaitkan dengan pilihan terhadap format retail (ritel) 3. Bagaimana retail (ritel) dapat membangun strategi keunggulan bersaing yang berkelanjutan 4. Tahapan dalam mengembangkan strategi pemasaran retail (ritel) Aspek Manajemen Sumber Daya Manusia dalam retail (ritel) meliputi: 1. Alasan mengapa manajemen SDM mempunyai peranan penting membentuk sebuah bisnis atau organisasi retail (ritel) 2. Bagaimana retail (ritel) membuat keuntungan yang kompetitif dan mendukung, dengan cara mengembangkan dan mengelola SDM • 3. Bagaimana ritel mengkoordinasi aktivitas para karyawan dan memotivasi mereka mencapai tujuan 4. Program-program manajemen SDM untuk membangun komitmen kerja 5. Bagaimana dan mengapa ritel mangatur perbedaan antarkaryawan Aspek Keuangan dalam retail (ritel) meliputi: 1. Bagaimana strategi retail (ritel) direfleksikan dalam tujuan keuangan 2. Bagaimana ritel menggunakan alat-alat dan metode untuk mengevaluasi kinerjanya 3. Bagaimana model strategis keuntungan dapat digunakan Aspek pemilihan lokasi dalam area perdagangan retail (ritel) meliputi: 1. Tipe Lokasi yang memungkinkan oleh retail 2. Mengevaluasi keunggulan relatif dari setiap area perdagangan yang dipilih. 3. Tipe lokasi perdagangan yang memungkinkan untuk tumbuh 4. Jenis lokasi yang ada 5. Alasan mengapa suatu ritel tetap berlokasi disuatu tempat tertentu meskipun ada retail (ritel) lain berlokasi ditempat berbeda 6. Keuntungan relatif yang didapat dari sebuah tipe lokasi 7. Tipe lokasi yang cocok bagi retail (ritel) 8. Tipe lokasi yang kurang diminati 9. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan oleh peritel dalam memilih lokasi Aspek Sistem Informasi dan Manajemen meliputi: • 1. Keunggulan strategis yang diperoleh melalui manajemen rantai pemasok 2. Bagaimana barang daganan dan informasi mengalir dari vendor ke retail (ritel) ke pelanggan dan kembali 3. Perkembangan informasi dan teknologi yang bisa memudahkan komunikasi antara vendor dengan ritel(retail) 4. Sistem pengiriman respons cepat Manajemen Hubungan Pelanggan ( Customer Relationship Management) meliputi: 1. Pengertian manajemen hubungan pelanggan 2. Peran Customer Relationship Management sebagai strategi membangun kesetiaan pelanggan 3. Implementasi program Customer Relationship Management dalam bisnis retail (ritel) STRATEGI PEMASARAN RITEL (RETAIL) Strategi pemasaran ritel (retail) meliputi (1). pemilihan segment target pasar dan penentuan format ritel (retail) dan (2). pengembangan keunggulan bersaing yang memungkinkan ritel (retail) untuk mengurangi tingkat kompetensi yang dihadapi. Ritel (retail) yang berhasil harus memenuhi kebutuhan pelanggan pada segmen pasar yang dilayani secara lebih baik daripada yang dilakukan pesaing. Pasar ritel (retail) bukan merupakan tempat khusus dimana para pembeli dan penjual bertemu, tetapi sebagai kelompok konsumen dengan kebutuhan-kebutuhan yang sama (segmen pasar) dan sekelompok ritel (retail) yang menggunakan format ritel (retail) yang sama untuk memenuhi kebutuhan konsumen tersebut. Pasar sasaran dalam ritel (retail) sering kali ditetapkan berdasarkan faktor demografis, geografis dan psikografis. Menetapkan pasar sasaran merupakan syarat untuk menetapkan strategi bauran ritel (retail). Bauran ritel (retail) atau disebut dengan retail mix adalah kombinasi elemen-elemen produk, harga, lokasi, personalia, promosi dan presentasi atau tampilan-untuk menjual barang dan jasa pada konsumen akhir yang menjadi target pasar. STRATEGI PERTUMBUHAN RITEL (RETAIL) Ada 4 jenis pertumbuhan yang diusahakan oleh ritel (retail) yaitu penembusan pasar, perluasan pasar, pengembangan format ritel dan diversifikasi. Kesempatan penembusan pasar (market penetration) meliputi usaha-usaha langung terhadap konsumen yang ada dengan menarik konsumen pada target pasar sekarang yang tidak berbelanja di tokonya untuk lebih sering mengunjungi toko tersebut atau untuk membeli lebih banyak barang pada tiap kunjungan. Pendekatan lain adalah dengan penjualan silang yaitu dengan menjual barang-barang tambahan pada konsumen. • Kesempatan perluasan pasar menggunakan format ritel(retail) yang ada dalam segmen pasar baru. Dalam hal ini segmen pasar ditetapkan didipertajam untuk memenuhi selera dari target pasar yang ingin dibidik secara tersendiri. Pengembangan format ritel (retail) meliputi penawaran format ritel (retail) baru, misalnya dengan menggunakan internet marketing atau e-commerce sehingga konsumen bisa berbelanja tanpa harus ke lokasi. Untuk informasi mengenai konsultan manajemen ritel (konsultan retail), sistem manajemen SDM ritel, Sistem Manajemen Keuangan Ritel, Sistem Manajemen Pemasok Ritel, Sistem manajemen organisasi ritel, Suatu perusahaan jasa jika ingin tetap bertahan dan bersaing serta mampu mengembangkan bisnisnya harus lebih meningkatkan kualitas pelayanan kepada konsumen agar tercipta suatu kepuasan. Super Swalayan sebagai perusahaan yang bergerak di bidang Ritel yang menawarkan barang-barang kebutuhan rumah tangga bagi masyarakat mulai berbenah diri dengan meningkatkan kualitas pelayanan yang baik dimata konsumen, hal itu dilakukan dengan harapan kepuasan konsumen terpenuhi sehingga mampu bersaing dengan perusahaan ritel sejenis lainnya. Permasalahan yang timbul dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauhmana faktor Keragaman Produk, Layanan Toko, Atmosfer Toko, Harga, Promosi dan Lokasi dalam menentukan tingkat kepuasan Super swalayan. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan dan menganalisis faktor Keragaman Produk, Layanan Toko, Atmosfer Toko, Harga, Promosi dan Lokasi dalam menentukan tingkat kepuasan konsumen Super Swalayan. Populasi yang diambil adalah konsumen Super Swalayan Semarang, dimana setiap orang yang melakukan aktivitas berbelanja pada Super Swalayan. Sampel yang diambil sebanyak 98 konsumen. Variabel dalam penelitian ini adalah tingkat kepuasan konsumen Super Swalayan mengenai kinerja Super Swalayan Semarang yang terdiri dari variabel Keragaman Produk, Layanan Toko, Atmosfer Toko, Harga, Promosi dan Lokasi. Metode pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan teknik matrix important and performance sehingga menggunakan sampel ganda berpasangan dengan perhitungan Wilcoxon Signed Rank Test. Hasil analisis dengan menggunakan perhitungan Wilcoxon Signed Rank Test menunjukkan bahwa pada keenam faktor yang diukur untuk mengetahui tingkat kepuasan konsumen, diketahui bahwa pelangan merasa puas dengan kinerja Super Swalayan dalam memberikan pelayanan pada faktor Keragaman Produk, Layanan Toko, Lokasi, dan Promosi sedangkan pelanggan merasa tidak puas dengan kinerja Super Swalayan dalamAtmosfer toko. Pada faktor Keputusan Harga tidak diketahui secara signifikan hasilnya. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan konsumen Super Swalayan semarang merasa tidak puas akan kinerja Super Swalayan. Namun demikian ada faktor dimana konsumen merasa puas. Oleh karena itu disarankan kepada pihak Super Swalayan untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerjanya dalam memenuhi kebutuhan konsumen agar konsumen merasa sangat puas. Sedangkan pada faktor dimana konsumen merasa puas, hendaknya Super Swalayan dapat mempertahankan prestasinya dan lebih ditingkatkan lagi. Pengaruh Kinerja Bauran Pemasaran Pedagang Eceran (Retail) Terhadap Tingkat Kepuasan Konsumen Pada PD. Iman Textile Author: Octaviany, Like Iman Abstract: Pedagang eceran (retail) merupakan mata rantai terakhir dalam suatu saluran pemasaran. Pedagang eceran (retail) memegang peranan penting dalam melakukan penjualan suatu produk, serta dalam memberikan pelayanan kepada konumennya. PD. Iman Textile sebagai pedagang eceran menjual produk-produk bahan jadi yang diperoleh dari produsen dengan mendapatkan peran untuk memasarkan dan mendistribusikan produk tersebut kepada konsumen akhir. Hal yang menjadi kelebihan pedagang eceran (Retailing mix) yang memang diinginkan oleh konsumen serta, yaitu: merencanakan pengadaan produk (merchandising), meningkatkan fasilitas yang produktif (facility), menetapkan keputusan mengenai harga yang cukup terjangkau bagi konsumennya (price), strategi promosi yang tepat (promotion), penempatan lokasi yang strategis (location), memberikan pelayanan konsumen dengan cepat (customer services) serta memberikan pelayanan jasa yang dengan baik (personnel). Unsur-unsur tersebut dianggap begitu penting bagi konsumen, hal ini dapat terlihat dimana konsumen menginginkan pedagang eceran dapat memenuhi kebutuhan dan memberikan pelayanan yang baik serta memberikan kepuasan bagi konsumen, sedangkan pengecer menginginkan agar konsumen merasa puas terhadap kinerja bauran pemasaran yang dilakukan oleh pedagang eceran. Kinerja bauran pemasaran dan tingkat kepuasan konsumen merupakan fokus dari penelitian ini Penelitian ini dilakukan oleh PD. Iman Textile dengan mengambil sejumlah 30 orang responden sebagai sampel. Maksud penelitian ini adalah untuk mengumpulkan, mengolah, menganalisis dan mengiterprestasikan data secara menyeluruh antara kinerja bauran pemasaran dan tingkat kepuasan konsumen, sedang tujuanya adalah untuk mengetahui dan mempelajari hubungan atau pengaruh antara kinerja bauran pemasaran terhadap tingkat kepuasan konsumen pada PD. Iman Textile. Untuk mengetahui sejauhmana hubungan atau pengaruh kinerja bauran pemasaran dengan tingkat kepuasan konsumen, maka dilakukan uji statistik dengan menggunakan korelasi rank spearman dan diperoleh nilai sebesar 0,823 yang menunjukan bahwa terdapat hubungan yang sangat kuat, jadi terdapat hubungan atau pengaruh yang sangat kuat antara kinerja bauran pemasaran dengan tingkat kepuasan konsumen, sedangkan hasil analisis koefisien determinasi (Kd) sebesar 67,73% yang menunjukan bahwa 67,73% tingkat kepuasan konsumen dipengaruhi oleh pelaksanaan dari kinerja bauran pemasaran pedagang eceran (retail) dan sisanya sebesar 32,27% dipengaruhi oleh faktor lainnya yang tidak diteliti oleh penulis. Berdasarkan uji hipotesis thitung â ¥ ttabel yaitu 71.415 â ¥ 1.313 yang berarti bahwa kinerja bauran pemasaran mempunyai korelasi positif terhadap tingkat kepuasan konsumen. Sehubungan dengan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, hipotesis yang semula diajukan yaitu â Kinerja Bauran Pemasaran Berpengaruh Positif Terhadap Tingkat Kepuasan Konsumenâ dapat diterima artinya teori yang dijadikan acuan dalam kerangka pemikiran masih relevan. Diposkan oleh Ringga arie suryadi 0 komentar Reaksi: Kamis, 28 Oktober 2010 RETAILING. KONSEP DASAR RETAILING. KONSEP DASAR RETAILING. Retailing adalah bagian dari kehidupan kita sehari-hari yang selalu kita lakukan dimana kita mengambil keuntungan/ kebutuhan kita. Aktivitas rtel melibatkan hubungan antara produsen, pedagang besar serta konsumen. Konsumen merupakan ujung tombak keberhasilan bisnis ritel, melalui daya beli konsumen adalah modal dasar bagi ritel dalam mendapat keuntungan.Oleh karenyanya Management retail haruslah dapat menentukan keputusan dalam menyeleksi target pasar, penempatan toko, menentukan merchandise apa yang akan dijual dan jasa yang diajukan, serta harus bisa bernegosiasi dengan supplier dan menentukan harganya, promosinya serta display merchandise-nya. Bisnis ritel dapat dikelompokkan pada ciri-ciri tertentu yaitu: 1.Discount Stores. Toko diskon. Discount Store atau toko diskon adalah toko pengrecer yang menjual berbagai harga yang murah dan memberikan pelayanan yang minimum. Contohnya adalah ,Makro dan Alfa. 2.Speciality Stores/ Toko produk Spesifik. Toko produk spesifik adalah merupakan toko eceran yang menjual barang –barang jenis lini produk tertentu saja yang bersifat spesific. Contoh specialituy store adalah toko buku , toko music , toko obat dan banyak lagi. 3.Depatement Stores. Adalah suatu toko eceran yang berskala besar yang pengelolaannnya dipisah dan dibagi menjadi bagian departemen-departement yang menjual macam barang yang berbeda-beda. Contohnya seperti Ramayana, robinson, rimo dan sebagainya . 4.Convinience Stores. Adalah toko pengecer yang menjual jenis item produk yang terbatas, bertempat di tempat yang nyaman dan jam buka panjang. Contoh minimarket alfa dan indomaret. 5.Catalog Stores. Adalah suatu jenis toko yang memberikan banyak informasi produk melalui media catalog yang dibagikan kpeada para konsumen potensial. Toko catalog biasanya memiliki jumlah persediaan barang yang banyak. 6.Chain Stores. Chain stores adalah toko pengecer yang mimiliki lebih dari satu gerai dan dimiliki oelh perusahaan yang sama. 7.Supermarket. Supermarket adalah toko eceran yang menjual lebih dari satu gerai dan dimiliki oleh perusahaan yang sama . 8.Hypermarket. Adalah toko eceran yang menjual jenis barang dalam jumlah yang sangat banyak atau lebih dari 50.000 item dan melingkupi banyak jenis produk. Hipermarket adalah gabungan antara retailer toko diskon dengan hipermarket. Contohnya anatara lain hipermarket giant, hipermarket hypermart dan hypermarket carrefour. Konsumen adalah seseorang yang sangat menentukan besarnya profit yang akan diperoleh oleh sebuah perusahaan, melalui keputusan-keputusan membeli produk barang atau produk jasa yang ditawarkan. Dengan demikian, motivasi konsumen dan keputusan mereka untuk berbelanja benar-benar menetukan kelangsungan hidup suatu usaha atau bisnis. Dahulu konsumen membelanjakan uangnya hanya untuk mendapatka produk semata, baik produk barang ataupun jasa. Namun saat ini, konsumen telah mulai beralih kepada apa yang dikenal dengan ’service’ atau pelayanan. Masalah waktu belanja yang terbatas, terutama dikota-kota dan meningkatnay jumlah wanita bekerja, dan anggaran belanja yang ketat seiring dengan menurunnya daya beli, telah membuat konsumen benar-benar harus dapat membelanjakan uangnya secara tepat. Terdapat dua alasan utama yang mengharuskan para pengecer untuk mulai merubah cara mereka menjalankan bisnisnya, yaitu: 1. Alasan pertama adalah perubahan pola belanja dan tingkah laku belanja seperti yang telah dikemukakan di atas. 2. Alasan ke dua adalah munculnya persaingan yang sangat ketat diantara para pemain di bisnis ini. Pengecer harus mencari, menerima dan menerapkan ide-ide atau cara-cara baru yang dapat membuatnya selangkah lebih maju dibandingkan kompetitornya Menurut Rosenberg, Iris. S (1988: 02-10) Menyimak dari pengertian Retailing ,adalah bisnis yang menjual produk dan jasa pada konsumen untuk kebutuhan pribadi atau keluarga. Retail juga merupakan bisnis terakhir dalam jalur distribusi yang menghubungkan manufactur dengan konsumen. Manufaktur membuat produk dan menjualkannya pada retailer atau semua pedagang. Pedagang membeli produk dari menufaktur dan menjual kembali produk tersebut untuk para pengecer (rertailer). Saat pengecer menjual produknya lagi kepada konsumen, pedagang dan pengecer menampilkan kesamaan fungsi dalam memenuhi kebutuhan dan memuaskan konsumen akhir. Melalui Jalur Distribusi: Manufaktur→ Pedagang → Pengecer→ Konsumen. Pengecer mengatasi aktivitas bisnis dengan menampilkan fungsi yang meningkatkan nilai dari produk dan jasa yang dijualnya pada konsumen, yang memiliki beberapa fungsi yaitu: # menyediakan pilihan Produk dan Jasa. # Pejualan besar-besaran. # Terbatasnya persediaan. # Menyediakan jasa Keterangan, sebagai berikut: 1. Menyediakan pemilihan Produk dan Jasa. Manufaktur secara khusus memproduksi tipe tertentu dari sebuah produk. Contoh: Cambell membuat soup, Kraft membuat produk sehari-hari, Kell agg membuat perusahaan sereal dan sebagainya. Jika tiap manufaktur ini mempunyai tokonya masing-masing yang hanya menjual produk mereka saja, maka akan menyulitkan konsumen dari segi pemikiran akan kebutuhan produk lain. Maka dengan adanya pengecer, kita bisa pergi ke berbagai macam toko apapun yang banyak pilihannya. 1. Penjualan besar-besaran. Untuk mendaur biaya transportasi, manufaktur dan pedagang nantinya akan memindahkan produk di kuantitas terkecil untuk konsumen individual dan rumah penampungan pola konsumsi. 1. Persediaan terbatas. Bagian fungsi dari pengecer adalah utnuk menjaga persediaan sehingga produk selalu tersedia ketika konsumen menginginkannya. Konsumen dapat menyimpan lebih sedikit persediaan produk dirumah, karena mereka tahu bahwa retail mempunyai produk yang tersedia ketika mereka menginginkan lebih. 1. Menyediakan Jasa. Pengecer menyediakan jasa yang dapat memudahkan bagi pelanggan untuk membeli dan menggunakan produk itu. Mereka menyediakan bentuk kredit bagi konsumen, jadi konsumen dapat memiliki produknya kapan saja dan bisa membayarnya kemudian. Lalu mereka pun memajang produknya, jadi konsumen dapat melihat serta mencobanya sebelum melakukan transaksi pembelian. Menurutnya dalam bukunya “The Structure of Scientific Revolution”, kita sebenarnya dikuasai atau diperintah oleh paradigma atau pola pikir masing-masing. Hal inilah yang membuat seseorang tidak dapat menerima segala sesuatu yang baru. Paradigma adalah sebuah pola atau model yang merupakan sekumpulan kebiasaan dan aturan yang ada dalam kehidupan seseorang. Paradigma merupakan hasil dari aturan-aturan, norma-norma, kebiasaan-kebiasaan, dan paham-paham yang telah tertanam kuat pada diri seseorang. Dengan demikian, suatu paradigma dapat mengakibatkan hal-hal serius seperti 1. membutakan pebisnis terhadap kesempatan-kesempatan baru 2. menghalangi seseorang untuk membuat keputusan yang kreatif dan inovatif 3. mengaburkan kita terhadap strategi-strategi efektif yang dilakukan oleh manajemen 4. membuat seseorang mengabaikan pasar-pasar baru. Ia mengemukakan bahwa paradigma bertindak sebagai sebuah filter yang menyaring data atau informasi yang masuk ke pikiran atau otak kita. Hanya data atau informasi yang sesuai dengan paradigma kita yang dapat masuk dengan mudah. Ke arah mana bisnis eceran berjalan saat ini ? Melihat kembali ke awal tulisan ini, bisnis eceran di Indonesia telah dan sedang digiring kepada suatu ide baru yang dikenal dengan istilah ‘customer driven’ untuk menanggapi adanya pola belanja dan tingkah laku belanja konsumen yang telah berubah. ‘Customer driven’ adalah mengorientasikan atau mengarahkan bisnisnya sesuai dengan keinginan dan kemauan konsumen, bukan keinginan dan kemauan pebisnis. Dengan filosofi ‘customer driven’, pengecer harus mendasarkan semua keputusan bisnisnya kepada pelayanan untuk konsumen dan untuk kepuasan konsumen. Setiap orang dalam organisasi tersebut harus menyadari sepenuhnya bahwa melayani konsumen merupakan bisnis mereka satu-satunya. Banyak perusahaan telah merubah ‘apa yang mereka katakan’, bukan ‘apa yang mereka lakukan ‘ untuk konsumen. Performa suatu bisnis eceran bukan dinilai dari siapa dan dimana mereka berada, melainkan berdasarkan apa yang mereka lakukan dan bagaimana mereka melakukannya untuk kepuasan konsumen. Apakah anda siap mengikuti perubahan dan tetap menjadi pemimpin dalam bisnis anda ? Tak ada jawaban lain selain “YA”. Maka rubahlah paradigma anda dan anda pasti menjadi pemenang. Maraknya ekspansi bisnis eceran modern (retail) seperti supermarket atau minimarket yang mengancam sektor eceran tradisional, lebih disebabkan karena tidak jelasnya pelaksanaan aturan mengenai penataan zona tempat usaha sektor eceran modern. Ekspansi bisnis eceran modern bukan disebabkan adanya pelaku usaha yang melakukan persaingan usaha yang tidak sehat. Dikatakan, pendapat atau isu yang menyatakan usaha eceran modern mengancam sektor usaha tradisional seperti pedagang tradisional, sebenarnya tidak perlu terjadi kalau pemerintah melaksanakan aturan yang jelas dalam menata zona tempat usaha sektor eceran modern. Berkembangnya bisnis eceran di Dunia cukup tinggi. Hal ini dibuktikan dengan semakin banyaknya perusahaan yang terjun pada bisnis eceran tersebut. Banyaknya perusahaan yang terjun pada bisnis eceran , tidak lepas dari banyaknya tuntutan konsumen untuk memenuhi kebutuhannya sehingga persaingan yang terjadi semakin ketat yang pada akhirnya perusahaan yang memiliki citra yang baik yang akan mampu mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Adapun desain penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif dan verifikatif. Sedangkan metode yang digunakan adalah metode survei. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara acak. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, kuisioner dan disertai observasi, sedangkan analisis data menggunakan Rank Spearman. Prospek penjualan ruang ritel mulai triwulan IV-2008 diperkirakan masih positif, meski terjadi perlambatan pertumbuhan pasokan. Ekspansi peritel diperkirakan melambat sebagai antisipasi terhadap melemahnya daya beli masyarakat. Retailing, menurut Blackstone, John.H..(1985:02-08) Retail adalah suatu paket aktivitas bisnis yang menambah nilai pada produk dan jasa yang dijual untuk konsumen untuk diri mereka sendiri atau keluarga. Retail juga melibatkan jasa penjualan seperti rental video tape atau jasa pengiriman makanan. Retail adalah salah satu industri terbsesar di dunia. Perusahaan retail mengajukan kesempatan manajemen untuk orang yang memiliki kemampuan dan minat yang luas. Pelajar biasanya memandang retail sebagai bagian dari marketing. Karena management jalur distribusi adalah bagian dari manufaktur. Namun retail kebanyakan mengatasi aktivitas bisnis internasional. Retail memiliki pusat institusi finansial. Pembelian barang dan jasa; mengembangkan keuangan dan management informasi utnuk mengkontrol operasional; mengatur gudang dan sistem distribusi dan desain serta mengembangkan produk baru sama seperti aktivitas marketing, contohnya periklanan, promosi dan peneliatian pasar. Manager Retail biasanya selalu memberikan pertimbangan lebih awal atas tanggung jawab pada karir mereka. 3 lingkungan yang patut di waspadai dalam dunia Retail: * Kompetisi. * b.Lingkungan trends dalam konsumen demografik dan gaya hidup pengembangan teknologi dan industri retail. * Kebutuhan, keinginan dan keputusan – proses pembuatan dari retail konsumen. Keterangan: 1. Kompetisi. Kompetisi utama pengecer adalah yang mempunyai format yang serupa. Kompetisi antara pengecer yang menjual merchandise yang sama menggunakan format yang berbeda, seperti diskon dan departement store, inilah yang dinamakan intertype competition. 1. Lingkungan Trends. Pengecer memerlukan respon untuk gaya hidup dan lingkungan demografik dalam komunitas kita. Seperti berkembang di posisi atas dan segmen minoritas. (ini berdasarkan populasi US). Jumlah penting dari orang-orang yang tertarik oleh posisi penjualan. Stratergi Retail mengindikasikan bagaimana perusahaan merencanakan utnuk fokus pada sumbernya untuk menyelesaikan keobjektifitasannya. Telah terindentifikasi: 1. Target pasar melalui puncak dimana pengecer akan langsung mengarahkan kebutuhannya. 2. Sumber dari merchandise dan jasa retailer akan diserahkan untuk memuaskan kebutuhan dari target pasar. 3. Bagaimana pengecer akan membangun kemajuan jangka panjang disamping pesaing. Fungdi Retail; lebih spesifik, komunitas mengharapkan retailer untuk menyudahi fungsi distributif klasik oleh konsumen dalam kemajuan ekonomi: 1. Untuk menciptakan pemilihan Produk dan Jasa dapat diantisipasi dengan mmenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen/ keluarga. 2. Untuk memberikan Produk dan Jasa dalam kuantitas yang cukup kecil untuk diri sendiri atau kebutuhan keluarga. 1. Untuk menyediakan / melengkapi pertukaran langsung untuk nilai melalui: * pengerjaan yang efisien untuk transaksi. * Jam yang fleksibel dan penyediaan tempat. * Informasi yang berguna saat menentukan pilihan . * Harga yang kompetitif. Menurut J.Barry Mason. (1985:09) Retail menyertakan seluruh aktivitas yang terlibat dalam penjualan barang-barang dan jasa untuk onsumen akhir. Retailing adalah bagian dari proses pemasaran. Pada akhirnyaretail diarahkan oleh organisasi yang berperan sebagai penengah dalam jalur distribusi. Jalur distribusi adalah interogasi sistem dimana produk dan jasa dipasarkan. Roda Teori Retailing. Menurut Prof Malcolm Mcnair. (1985:07) Tipe terbaru dari institusi pengecer yang memasuki pasar sebagai Low- margin, low-price, low-status. Pada akhirnya saat peningkatan kecepatan perdagangan, mereka menyediakan jasa baru dan meningkatkan fasilitas mereka melaui proses yang memajukan pengeluaran , margin dan harga konsekuen. Roda teori telah dikritik dalam beberapa point, seperti tidak semua operasi retail memulai dari Low-cost, Low-price outlets. Retail menurut Melvin Morgenstein dan Hsrriet Strongin.(1985:07) Retail mencakup penjualan barang-barang dan jasa untuk konsumen akhir mereka. Individu yang membei sesuatu untuk dirinya sendiri atau keperluan rumah tangga, seseoranf yang membeli tempat pembakarang atau kursi untuk kebutuhan rumah, itulah konsumen akhir. 3 tipe utama dari bisnisnya terlibat dalam mendapatkan barang dan jasa untuk konsumen; manufaktur, wholesalers, dan retailers. Manufaktur: Seperti general motor dan guess, membuat produk yang membuat orang ingin membelinya. Wholesalers: Pembelian dan distribusi manufaktur produk kepada retailers. Retailers: Menjual barang-barang dan jasa secara langsung pada konsumen akhir. Menurut Daniel .J. Sweeney.(1987:09) Retailing Management melibatkan penampilan fungsi klasik dari retailing kreasi pemilihan, penjualan besar-besaran dan persediaan untuk pergantian nilai yang level labanya diterima dalam karakteristik lingkungan dengan melanjutkan perubahan yang menegangkan dan respon kompetitor untuk perubahan tersebut. Menurut William.R.Davidson(1988:08) 1. 1. Kreasi pemilihan. Merchandise dalam komunitas kita- biasanya pembeli dan penjual dari barang-barang tersebut mempunyai peraturan yang unik dalam system ekonomi kita. Para mercahnt biasanya memproduksi, bagaimanapun juga membeli barang-barang tersebut untuk tujuan dari penjualan ulang demi laba. 1. 1. Penjualan Besar-besaran. Merchants akan menyerahkan produk dan jasa dalam kualitas yang cukup rendah untuk di konsumsi secara individual atau keluarga. Tipe Kepemilikan: 1. Rantai Toko. Dikarakterisasi oleh kepemilikan dari penggandaan unit retail dan pembelian terpusat dari merchandise yang sama untuk seluruh unit. Seperti sears dan Kmart. b.Waralaba. adalah format kepemilikan yang biasanya ditujukan untuk menggabungkan beberapa dari kemajuan bisnis kepemilikan mandiri dan rantai kepemilikan, sementara meminimalisir ketidakmajuannya. Waralaba menyertakan hubungan kontrak antara bisnis perorangan mandiri dan sponsornya.. c.Sistem pemasaran vertikal. Ketika dua atau lebih urutan produksi proses distribusi terjadi dibawah kepemilikan dari firma perorangan. Sekarang retail menggunakan desain komputer dan teknologi komunikasi untuk merespon secara cepat perubahan kebutuhan konsumen. Setiap kali kita ingin membeli sesuatu di supermarket, kita tinggal menggunakan komunikasi elektronik dan memutuskan produk mana yang nantinya akan dikirim dari gudang ke toko keesokannya. Tren Industri Ritel Indonesia. Menurut, Alfa Retailindo (1996: 11-50) Seperti apa kira-kira masa depan yang akan dilalui oleh retailer di Indonesia ? Yang pasti masa depan akan lebih keras persaingannya. Untuk mempertahankan keunggulan kompetitifnya, retailer akan beroperasi dengan bentuk organisasi yang lebih ramping dan effisien. Pada masa datang retailer akan beroperasi dengan gross margin yang lebih rendah, biaya operasional lebih sedikit inventoi dengan perputaran barang yang lebih cepat. Biaya pembelian sistem & teknologi informasi yang semakin kompetitif serta menjamurnya internet dan software pendukungnya, membuat implementasi dari Efficient Consumer Reponse (ECR) akan menjadi praktek manajemen yang umum. Proses continuous replenishment, cross docking, supply & system integration, dan teknologi barcoding akan membuat retailer beroperasi lebih effisien dan intensif teknologi. Retailer yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi akan tersingkir, dan akan digantikan oleh retailer yang beroperasi dengan dukungan teknologi yang lebih baik sehingga menghasilkan overhead yang rendah, volume tinggi, traffic tinggi dan harga yang kompetitif. Trend konsumen masa depan adalah Pay Less, Expect More, Get More. Konsumen masa depan adalah konsumen yang memiliki ekpektasi yang lebih tinggi, meminta lebih banyak, menginginkan kualitas yang lebih tinggi dan konsisten, lebih banyak pilihan, toko yang lebih nyaman dan pelayanan yang lebih bernilai, namun dengan membayar lebih murah, waktu lebih cepat, dengan usaha dan resiko lebih rendah. Dapat diperkirakan, kompetisi selanjutnya, tidak hanya pada harga, namun menyangkut variable lain yang berkaitan dengan value atas pengalaman berbelanja pelanggan. Di masa yang akan datang ketika transaksi virtual sudah menjadi hal yang umum, maka prasyarat sukses sebuah toko yang ditentukan oleh lokasi, lokasi dan lokasi, sudah bukan jamannya lagi. Bisa saja sebuah non-store retailing dapat mencapai sukses walaupun beroperasi dari sebuah kantor yang berlokasi di gang kecil di Jakarta. Dalam millenium baru ini beberapa trend yang sudah dan akan terjadi di Indonesia dan memberikan dampak bagi industri retail diantaranya : Gelombang masuknya retailer asing. Evolusi ke Format Retail Baru Meningkatnya keluarga dengan double income (suami-istri bekerja). Pertumbuhan kota-kota satelit disekeliling kota besar. Mobilitas yang semakin tinggi dan waktu luang yang semakin sedikit. Pembantu rumah tangga menjadi semakin mahal. Perkembangan pemakaian PC rumah tangga dan internet yang semakin tinggi. Perkembangan teknologi dan pemakaian Handphone-PDA. Bagian pertama dari tulisan ini khusus membahas gelombang masuknya retailer asing dan evolusi format retail di Indonesia. Indonesia memiliki potensi yang sangat besar bagi pasar retail. Dengan jumlah penduduk ke-empat terbesar di dunia setelah Cina, Amerika dan India, tidak heran jika banyak retailer asing mengincar pasar retail di Indonesia. Krisis moneter memberikan peluang yang sangat besar bagi retailer asing untuk masuk ke Indonesia. Dengan nilai tukar rupiah yang sangat lemah, mereka memiliki keleluasaan untuk melakukan ekspansi ataupun pembelian saham retailer lokal. Sampai saat ini paling tidak tercatat beberapa retailer asing yang gencar melakukan ekspansi atau menjalin partnership dengan retailer lokal misalnya Group Carrefour-Promodes mendirikan Paserba Carrefour, Royal Ahold membuka Tops (sebelumnya Ahold bermitra dengan PSP Food Retail), Lions dengan Superindo, Dairy Farm dengan Hero, dan IGA melakukan kerjasama teknis dengan Matahari. Beberapa retailer asing lainnya menunggu waktu yang tepat untuk masuk, misalnya Cassino dan Tesco. Persaingan ini juga diramaikan oleh retailer lain yang terlebih dahulu masuk ke Indonesia, misalnya Makro, Price Club, Toys R Us, ACE hardware, SOGO dan metro. Retailer lokal pun tidak tinggal diam. Retailer lokal banyak belajar dari masuknya retailer asing terutama Carrefour. Matahari mulai membenahi fokus usahanya dengan meninggalkan merek gerai Galeria dan Mega M-nya. Kini mereka lebih fokus pada pengembangan satu merek gerai yaitu Matahari. Sementara itu retailer lokal yang lebih kecil; terus mengembangkan konsepnya menjadi lebih memperhatikan kenyamanan, assortment, dan display; Misalnya Alfa, Diamond, Tip Top dan Hari-Hari. Di sisi lain retailer lokal yang telah mapan, cenderung melakukan pengembangkan format gerainya menjadi lebih besar dan lebih lengkap. Ramayana di outlet terbarunya di Mall Cileduk yang dibuka Oktober 2001, menyatukan format department store, supermarket, elektronik dan general merchandise dalam satu atap. Toko-toko berikut kelihatannya akan mengikuti kecenderungan ini. Melihat bahwa krisis keuangan di Indonesia sampai saat ini masih terus berlanjut, maka hal ini benar-benar merupakan pukulan bagi industri retail di tanah air. Berdasarkan data yang ada antara tahun 1996 sampai 1999, sektor tradisional retail menurun sebesar – 9.6%, sedangkan sektor modern retail menurun sebesar -1.6%. Dari data yang ada dapat disimpulkan bahwa pada masa resesi ini sektor modern retail lebih cepat melakukan recovery dibandingkan sektor tradisonal. Secara detail angka angka tersebut adalah sebagai berikut (dalam US Milyar): Tahun Modern retail Tradisional retail. Nilai tukar rupiah yang tetap melambung tinggi, sungguh sangat memberatkan retailer, terutama yang memiliki hutang dalam US Dollar. Dengan demikian, diperkirakan pada masa yang akan datang akan lebih banyak terjadi akuisisi dan merger antar retailer tersebut. Selain itu akan semakin banyak retailer asing dengan konsep baru masuk ke Indonesia. Sehingga makin memeriahkan kompetisi ini. Dalam sepuluh atau duapuluh tahun ke depan format retail yang ada seperti saat ini, misalnya supermarket, department store, convenience store dan hypermarket, akan pudar pamornya dan digantikan oleh format baru yang lebih sulit dibedakan garis pemisahnya antara satu format dengan format lain, antara retailer dengan food service/restaurant dan antara retailer dengan supplier (channels blur). Akan marak supplier (manufacturer) yang membangun jaringan retailer sendiri. Evolusi perkembangan format retail di Indonesia dapat di bagi atas beberapa tahapan. Dapat dikatakan format retail di Indonesia berkembang dalam siklus 10 tahunan. Namun demikian, ada kecenderungan siklus ini akan berjalan dalam periode yang lebih singkat. SMfr@nchise mencoba untuk membagi tahapan evolusi format retail di Indonesia (Jakarta) dan prediksi perkembangannya sampai tahun 2020. Evolusi format retail di Indonesia yang diolah oleh SMfr@nchise adalah sebagai berikut : Sebelum 1960-an : Era perkembangan retail tradisional berupa retailer atau pedagang-pedagang independen. Tahun 1960-an : Era perkenalan retail modern dengan format Department Store (Mass Merchandiser), ditandai dengan dibukanya gerai retail pertama SARINAH di Jl. MH Thamrin. Tahun 1970-1980-an: Era perkembangan retail modern dengan format Supermarket dan Department Store, ditandai dengan berkembangnya retailer modern (Mass Merchandiser dan Grocery) seperti Matahari, Hero, Golden Truly, Pasar Raya dan Ramayana. SURABAYA – Daya beli masyarakat cenderung menurun menyusul hantaman krisis finansial global. Dampaknya, omset sejumlah pusat perbelanjaan mengalami stagnasi. ”Kini pertumbuhan omset di dua bulan terakhir cukup sulit diraih. Namun, kami tetap yakin investasi dengan peningkatan penetrasi pasar adalah solusi terbaik,” kata Regional East Java and Kaltim PT Matahari Putra Prima Tbk Tjipto Suparmin, kemarin (13/11). Tjipto optimistis kalau perluasan gerai merupakan cara efektif untuk menaikkan omset. Terbukti, omset rata-rata perbulan tahun ini mencapai Rp 76 miliar, naik dibanding omset perbulan tahun lalu yang hanya Rp 58 miliar. ”Kami telah menyiapkan dana Rp 60 miliar untuk memperluas gerai Matahari di Tunjungan Plasa dengan konsep baru bertema New Generation,” timpalnya. Renovasi gerai tersebut akan dimulai pada Desember hingga Juli tahun depan. Jika semula hanya 15 ribu meter persegi, nantinya akan diperluas menjadi 19 ribu meter persegi. ”Perubahan konsep ini adalah yang kedua setelah di Kawaraci. Rencananya, secara nasional akan hadir enam gerai Matahari New Generation,” ujarnya. Sementara itu akibat melemahnya rupiah kini produk garmen impor mulai berkurang jumlahnya di pasaran. Ini karena banyak importir yang memilih untuk menahan diri hingga rupiah stabil. Persaingan bisnis ritel yang marak di beberapa tempat di sekitar Jakarta dan sekitarnya seperti Tangerang Bekasi dan sekitarnya mulai memakan korban. Tidak saja pemain kecil yang terkena bahkan pemain besar sekelas Hero pun mulai mengalami kesulitan. Pagi ini saya mendengar kabar dari pelanggan Hero Cinere Mal bahwa Hero supermarket tiba-tiba berganti nama menjadi Giant. Hal ini tidak dibarengi dengan perubahan apapun di dalamnya. Saya sendiri tidak tahu apa yang terjadi. Di negara Malaysia memang nama Giant tidak hanya dipakai untuk nama hypermarket melainkan juga untuk format supermarket. Apakah strategi itu yang akan dipakai? Kedua, hari ini saya melihat Giant Hypermarket Serpong Town Square yang berlokasi di pinggir jalan tol Jakarta Merak telah menghentikan operasinya dan memasang spanduk sedang direnovasi. Anehnya toko ini baru beroperasi satu tahunan jadi apanya yang direnovasi. Belum lagi beberapa bisnis ritel tradisional maupun moderen skala kecil menengah di daerah di mana bisnis ritel raksasa tersebut hadir. Semua mengalami penurunan penjualan yang berakibat kerugian dan penutupan outlet. Peluang bisnis ritel di Jatim masih terbuka dan siap menampung 60 gerai supermarket dan hipermarket lagi, kendati ekspansi pasar modern itu kerap ditengarai mengancam pedagang pasar tradisional. Ketua DPD Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Abraham Ibnu mengatakan potensi pengembangan pasar modern di Jatim masih cukup besar. Tingkat rasio antara jumlah supermarket, hipermarket dan minimarket terhadap total populasi penduduk di provinsi ini belum berimbang. “Setidaknya masih ada peluang sekitar 60 gerai supermarket dan hipermarket lagi untuk dikembangkan di Jatim. Jumlah itu tidak termasuk pengembangan minimarket yang potensi bisnisnya masih cukup besar,” ujar Abraham kepada Bisnis di Surabaya. Saat ini, kata dia, sebagian besar supermarket di Jatim beroperasi di Surabaya. Di luar itu relatif sedikit. Belum semua ibu kota kabupaten/kotamadya terdapat supermarket seperti Carrefour, Giant atau Makro. Meski di hampir seluruh daerah tingkat dua di Jatim telah berkembang pesat gerai minimarket. Bahkan sampai akhir 2008 masih akan ada sekitar 15 gerai minimarket baru yang siap beroperasi di Surabaya. Sementara sektiar 35 gerai akan beroperasi di Malang, Probolinggo, Banyuwangi dan Kediri. “Jadi akan ada tambahan sekitar 50 gerai minimarket baru.” Sampai Juli 2008, total minimarket di Jatim tercatat 1700 gerai. Sebagian besar merupakan gerai milik Alfamart dan Indomart. Sementara jumlah supermarket dan hipermarket mencapai 15 outlet. Rencananya sampai akhir 2008 akan ada tambahan 20 outlet baru. Jumlah itu termasuk tiga raksasa ritel asing yang saat ini sudah mengantongi perizinana untuk beroperasi di Jatim. Abraham tidak sependapat bila keberadaan pasar modern dinilai telah mengancam pedagang ritel di pasar tradisional. Pasalnya konsumen yang belanja ke hipermarket itu rata-rata hanya dua-tiga kali per bulan, sedang ke minimarket tiga sampai empat kali, sisanya masih didominasi belanja di pasar tradisional termasuk pedagang sayur keliling. Di tempat terpisah, Ketua Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APSI) Jatim HM Zaini menilai keberadaan supermarket di Surabaya tergolong jenuh. Jika masih akan ada yang buka lagi dapat dikhawatirkan akan mematikan pasar dan toko kelontong yang beroperasi di kampung dan perumahan. Menurut dia, saat ini sudah ada 83 pasar tradisional di Surabaya yang omzetnya terus menurun, meski lokasinya jauh dari pasar modern. “Pedagang memang tidak melapor ke PD Pasar Surya tetapi ke APPSI.” HONG KONG (Bloomberg): Penjualan ritel China naik 22%, hampir menjadi kenaikan tercepat dalam sembilan tahun, sehingga memberi sinyal permintaan domestik mampu menopang pertumbuhan ekonomi negeri terbesar keempat dunia ini untuk mampu bertahan dari krisis ekonomi global. Pendapat dari penjualan naik menjadi 1,008 triliun yuan (US$148 miliar) pada Oktober 2008, data statistik China hari ini. Pada September angka ini sudah naik 23,3% dari posisi September 2007. Pemerintah China berencana mengucurkan US$586 miliar sebagai paket stimulus ekonomi yang digunakan untuk meningkatkan belanja perumahan dan infrastruktur demi mengerem resesi. Permintaan ekspor produk China, penurunan angka penjualan real estate, menyebabkan pertumbuhan perekonomian negeri itu melambat hingga terendah dalam lima tahun. “Paket stimulus ekonomi bernilai miliaran ini memicu masyarakatnya untuk tetap belanja. Peningkatan konsumsi domestik dapat membantu menggairahkan perekonomian dalam beberapa bulan ke depan,” kata Arthur Kroeber, head of research Dragonomics Advisory Services Ltd di Beijing. Indeks saham CSI 300 naik 1,2%. Yuan menguat menjadi 6,8285 per dolar AS pada pukul 3:58 p.m waktu Shanghai dari 6,8305 sebelum pengumuman angka ritel ini. Pelaku usaha minimarket bermerek lokal wajib waspada mengantisipasi masuknya minimarket asing. Pasalnya, meski akses investasi langsung pelaku minimarket asing ke Indonesia ditutup, pemerintah tetap mengizinkan ekspansi minimarket merek asing dengan pola waralaba. Ketua Harian Asosiasi Peritel Indonesia (Aprindo) Tutum Rahanta mengungkapkan, dengan diizinkan masuknya peritel asing dalam bentuk waralaba maka ekspansi mereka dapat menembus seluruh wilayah nusantara. “Dengan bentuk waralaba, maka sangat terbuka ekspansi sampai ke daerah-daerah, bergantung pada kebutuhan pasar,” kata Tutum, Selasa (11/10). Sebelumnya, Menteri Perdagangan menegaskan, minimarket asing hanya dapat masuk ke Indonesia melalui sistem waralaba karena Peraturan Presiden (Perpres) No 111/2007 melarang investasi langsung minimarket asing. “Investasi langsung minimarket asing secara aturan tidak boleh. Mungkin dia masuk sebagai franchise (waralaba),” kata Mari Elka Pangestu kepada Antara, menanggapi rencana masuknya minimarket asal Jepang 7-Eleven ke Indonesia. Pemerintah memang menutup investasi asing langsung di bidang ritel, khusus minimarket. Investor asing masih boleh masuk untuk pembangungan departemen store dan pasar moderen. Menurut Tutum, dengan masuknya pemain asing, pemerintah perlu lebih menjalankan peran dalam mendukung pertumbuhan bisnis ritel, khususnya minimarket. Selama ini pemerintah belum menunjukkan keberpihakan dalam mendorong perkembangan pelaku usaha minimarket. Padahal di samping merek besar seperti Alfamart dan Indomart, banyak peritel lokal di daerah yang bergerak dalam usaha minimarket. “Pemerintah perlu support, selama ini peraturan belum mendukung. Misalnya perizinan masih dibutuhkan waktu yang lama untuk mendirikan minimarket,” kata Tutum. Alfamart Optimistis Sementara itu, PT Sumber Alfaria Trijaya, sebagai pengelola dan pemilik hak waralaba minimarket Alfamart, segera menambah operasional empat gudang pusat distribusi atau distribution center di lima wilayah antara lain, kota Balaraja, Malang, kawasan Jababeka, dan Bandung. Manajer Korporasi Komunikasi Alfamart Didit Setiadi mengatakan, dua dari gudang baru itu merupakan gudang substitusi dan dua lainnya gudang baru, yaitu di Kabupaten Malang dan Kota Bandung. “Kami membangun gudang baru di kawasan Jababeka sebagai pengganti gudang di Bekasi, sedangkan pusat distribusi yang di Balaraja, sebagai pengganti gudang di Serpong (Tangerang). Kami harapkan (pembangunannya) rampung sebelum akhir 2008,” tutur Didit. Menurut Didit, satu gudang mampu menyalurkan produk-produk di 300 hingga 400 gerai Alfamart yang berada di sekitar lokasi gudang. Pihaknya optimistis dapat menaikkan penjualan hingga 300 persen pada triwulan III 2008 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Jumlah gerai Alfamart per Juni 2008 tercatat 2.505 unit. Dari jumlah itu, 40 persen di antaranya merupakan toko waralaba. Pada 2007 Alfamart memiliki 2.200 gerai. Diakuisisinya Alfa Supermarket oleh Carrefour dan Hero oleh Giant semakin memperkuat pondasi jaringan toko raksasa raksasa dunia untuk semakin eksis di Indonesia, kita lihat saja di beberapa kota besar di pulau Jawa terasa sangat kentara, bukanya raksasa ritel baik dari luar negeri maupun dalam negeri tidak bisa di hindari, sementara dari kebijaksanaan dan pengaturan perangkat perundang undangan yang belum terasa memihak pelaku usaha menengah dan pedagang kecil. Disisi Lain kita bisa melihat semakin pesatnya “chain store” jaringan toko seperti Indomaret dan Alfamart yang menjemput bola ke konsumen semakin dekat seperti ke perumahan dan pelosok pelosok desa terpencil membuat nuansa berbeda dan merupakan pilihan baru bagi masyarakat yang belum pernah mwlihat konsep belanja modern. Di kelas kecamatan kecil di pelosok desa pun dengan mudah kita bisa temukan jaringan mini market keduanya, namun apakah hal ini menggangu eksistensi pedagang kecil serta pasar tradisonal secara langsung, mungkin jawabannya tidak secara langsung karena segmen mereka berbeda. Anda bisa bayangkan ketika gula di rumah Anda habis atau Anda butuh telur sekedar 1-2 buah, rasanya akan berpikir untuk belanja ke ritel dengan format formal walaupun tidak ada larangan. Sebagian besar masyarakat kita masih belum terbiasa belanja dengan format formal seperti di Supermarket dan Mini Market apalagi ke Hipermarket Bagaimanakan kiat bersaing dengan jaringan toko moderen? sebetulnya tidaklah susah namun juga tidak mudah. Selama ini UKM di ritel belum ada yang memfasilitasi dan mensupport secara konsultasi, manajemen dan bantuan support finansial berupa kemudahan kredit dll. Kalaupun mereka sebagian berubah karena inisiatif mereka sendiri. Baik pemerintah pusat maupun di tingka daerah belum mengambil langkah riil dan nyata untuk mengembangkan serta membantu mereka, padahal jumlah dan potensi mereka cukuplah besar . Bila potensi ini dikelola dengan bagus akan menjadi kekuatan ekonomi tersendiri. Pada umumnya pedagang kecil dan usaha eceran tradisonal masih mengunakan sistem dan manajemen yang sangat tradisonal dan konvensional. Baik dari sisi infrastruktur maupun secara sistem dan manajemen. Keadaan seperti ini tidak bisa dibiarkan berlangsung lama kedepan perlu kebijaksanaan yang signifikan untuk bisa merubah dan membantu sektor ekonomi ini. Seiring dengan pesatnya pertumbuhan jaringan toko moderen tadi kita akan menjadi bagian dari penonton yang melihat kemana arah perekonomian sektor ritel kedepan? Bagaimana menurut Anda? Berkembangnya bisnis eceran di Indonesia beberapa tahun terakhir ini cukup tinggi. Hal ini dibuktikan dengan semakin banyaknya perusahaan yang terjun pada bisnis eceran tersebut. Banyaknya perusahaan yang terjun pada bisnis eceran , tidak lepas dari banyaknya tuntutan konsumen untuk memenuhi kebutuhannya sehingga persaingan yang terjadi semakin ketat yang pada akhirnya perusahaan yang memiliki citra yang baik yang akan mampu mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Borma Dakota Pasar Swalayan Bandung sebagai salah satu pelaku dalam jasa penjualan eceran tidak akan terlepas dari kondisi tersebut. Oleh karena itu Borma Dakota Pasar Swalayan Bandung juga di tuntut untuk memiliki citra yang baik agar mampu mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Maka dari itu penulis mengambil judul “ Pengaruh Citra Toko terhadap Keputusan Pembelian Konsumen”. Adapun desain penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif dan verifikatif. Sedangkan metode yang digunakan adalah metode survei. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara acak. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, kuisioner dan disertai observasi, sedangkan analisis data menggunakan Rank Spearman. Dari hasil penelitian terungkap bahwa citra toko Borma Dakota Pasar Swalayan Bandung kurang baik di mata konsumen di pandang dari lokasi yang kurang strategis, desain dan fasilitas fisik yang kurang menarik, promosi penjualan yang dilakukan tidak mampu menarik minat konsumen dan pelayanan pelanggan kurang ramah. Sementara untuk keputusan pembelian konsumen meliputi tahap-tahap dari pengenalan masalah konsumen tidak termotivasi belanja karena Borma Dakota memiliki citra yang kurang baik, pencarian informasi mengenai Borma Dakota juga masih sulit konsumen dapatkan, penilaian alternatif yang dilakukan konsumen juga dengan membandingkan Borma Dakota dengan tempat lain sangat tinggi dan kepuasan yang dirasakan konsumen setelah belanja di Borma masih sangat rendah. Hubungan citra toko terhadap keputusan pembelian konsumen Borma Dakota memiliki hubungan yang signifikan sebesar 0,217, sedangkan pengaruh citra toko terhadap keputusan pembelian konsumen sebesar 4,71%, sedangkan sebesar 95,29 citra toko dipegaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak dipelajari dalam penelitian ini.

Pengikut